Tuesday 20 December 2011

Pengalaman Dua Tahun di Labsky, Untuk Selamanya


Awalnya
Hari di mana saya pertama kali menjadi murid SMA rasanya mungkin tidak akan pernah lupa. Saat SMP saya bersekolah di SMP Pembangunan Jaya, sebuah SMP swasta yang tidak begitu jauh dari rumah. Sejak SD pun tidak pernah masuk ke sekolah negeri, hingga lulus SMP dan akan melanjutkan ke SMA saya juga tidak tertarik untuk masuk ke sekolah menengah atas negeri. Maka dari itu, saat akan memilih SMA saya menjadi sedikit bingung karena tidak terlalu banyak pilihan SMA swasta yang dinilai bagus dan prestisius. Apalagi saya memang tidak tertarik untuk mendaftar ke SMA Pembangunan Jaya karena ingin mencari suasana yang berbeda. Sampai akhirnya seorang sahabat mengajak untuk mendaftar ke SMA Labschool Kebayoran bersama-sama. Ia bilang bahwa SMA Labsky mempunyai banyak kegiatan yang menyenangkan dan seru, saya yang memang ingin berpartisipasi dalam berbagai kegiatan saat SMA langsung tertarik mendengarnya. Akhirnya kami memutuskan untuk mendaftar ke sekolah tersebut. Saat hari tes datang, saya merasa tidak yakin. Bagaimana tidak? Saya tidak melakukan persiapan yang berarti sama sekali. Hanya bermodalkan pengetahuan dan ingatan bekas UAN kemarin dan mengisi satu contoh paket soal tes masuk labsky tahun lalu. Tes psikotest pun jangan ditanya, tidak ada pengharapan kalau nantinya hasil psikotest saya akan membantu dalam pertimbangan masuk atau tidak masuk. Namun, entah apa yang terjadi, saat hari diumumkannya hasil penerimaan murid baru, nomor tes saya tertera di daftar murid-murid yang diterima untuk masuk pada tahun ajaran baru 2009/2010. Terus terang saya cukup senang dan sangat bersyukur. Sayangnya, sahabat yang mendaftar bersama saya tidak di terima di SMA Labsky.

Tahun ke-1
Tahun pertama di Labsky tentu menyenangkan, karena tahun-tahun pertama sebagai murid baru selalu menjadi favorit saya. Kegiatan orientasi atau masa MOS di Labsky sebenarnya tidak sesulit itu, saya hanya dituntut untuk selalu fit secara mental dan fisik. Saat itulah saya menyadari, perbedaan tingkatan SMP dan SMA. Kakak-kakak Saptraka yang membimbing saya selama masa orientasi terlihat begitu dewasa dan berwibawa. Selama setahun sebagai bagian dari kelas XC saya beradaptasi dan mencoba mengenal lingkungan sekolah baru. Kelas XC cukup menyenangkan. Saya mendapatkan banyak teman yang nantinya akan terus akrab sampai kelas 12. Kelas X merupakan tahun tersibuk selama berada di Labsky. Kami, murid-murid kelas X, diharuskan mengikuti aktivitas-aktivitas wajib seperti, Pesantren, TO dan Bintama. Diselingi semua itu, kami juga harus menjaga nilai agar bisa masuk ke penjurusan yang diinginkan. TO memberikan banyak kenangan. Di Pra-TO, angkatan saya yang bernama Nawa Drastha Sandyadira dibentuk. Sebuah kebanggaan tersendiri tentunya. Keunikan dari SMA Labsky sangat tercermin dari kegiatan TO ini. Saat Pra-TO kekompakan angkatan kami pun diuji, suka dan duka dilewati bersama. Kegiatan TO sendiri lebih santai dibandingkan dengan Pra-TO. Hidup di desa cukup menyenangkan dan ternyata tidak sesulit itu. Membantu pemilik rumah bekerja dan memasak dapat menambah pengalaman. Pesantren dilaksanakan pada saat bulan Ramadhan. Di kelas X ini, saya mengikuti banyak kegiatan seperti Skyblitz, Paskibra, dan Rohis. Paskibra pada masa-masa kelas 1 SMA sangat sibuk dan melelahkan. Saya dan teman-teman lainnya selalu berlatih untuk penampilan kami di SkyBattle dan SkyNation. Namun seperti yang tadi saya bilang, walaupun melelahkan kegiatan-kegiatan tersebut menimbulkan kebanggaan tersendiri untuk saya. Bintama, sebuah kegiatan di mana angkatan saya lagi-lagi diuji secara mental dan fisik. Kami dibina selama seminggu bersama tim elit kopassus di serang. Tanpa terasa Bintama mengakhiri perjalanan saya sebagai murid kelas 1 SMA. Sedih memang, tapi masa-masa kelas 11 yang santai sudah menanti. Akhir tahun memang selalu pahit, tidak hanya saya harus berpisah dengan teman-teman sekelas, kakak-kakak senior pun akan lulus dan meninggalkan sekolah.

Tahun ke-2
Pada hari pertama saya sebagai murid XI IPA SMA Labschool Kebayoran hal yang pertama kali dirasakan adalah “Wow, kenapa waktu berjalan begitu cepat?”. Ya, tanpa terasa saya telah mengakhiri pendidikan saya di tahun pertama dan melanjutkannya ke tahun kedua. Sesuai dengan harapan orangtua saya melanjutkan ke penjurusan IPA. Bagi saya, kelas XI adalah puncak hidup kehidupan SMA. Pada tahun ini teman-teman saya banyak yang berpartisipasi dalam kegiatan organisasi seperti OSIS dan MPK. Di pertengahan tahun saya agak menyesal karena saat kelas X tidak ikut mendaftar menjadi OSIS. Namun, saya cepat menyadari bahwa akan lebih banyak waktu yang bisa saya genggam dan manfaatkan untuk hal menarik lainnya. Benar saja, walaupun tidak tergabung dalam OSIS ataupun MPK saya masih bisa menjadi panitia dalam beberapa kegiatan yang diadakan sekolah. Sangat menyenangkan tentunya karena saya bisa memupuk pengalaman berpartisipasi dalam mengorganisir suatu acara. Ada begitu banyak kegiatan yang diorganisir angkatan, beberapa diantaranya: SkyBattle, JIG, SkyNation, SkyFest, SkyMedic, HOTT, SkyAvenue, dsb. Sedikit cerita tentang kelas saya, XI IPA 2, kelas yang sangat saya sayangi dan banggakan. Kelas berkumpulnya orang-orang berbakat dan penuh kekompakan. Berkat IPA 2 saya bisa lebih menikmati hari-hari sekolah di Labsky. Karena disibukkan oleh berbagai macam acara dan pelajaran, tanpa terasa tahun kedua di Labsky pun telah mencapai akhir. Saya akan naik ke kelas 12! Semangat tentunya tapi juga sedih karena akan berpisah dengan XI IPA 2.

Tahun ke-3
Di kelas XII, bulan-bulan pertama angkatan saya disibukkan oleh kegiatan akbar SkyAvenue, sebuah pensi yang diadakan oleh siswa SMA Labschool Kebayoran tiap tahunnya. Saya ikut berpartisipasi sebagai panitia koor kebersihan. Sebuah tantangan karena ini pertama kalinya saya ditunjuk menjadi seorang koor. Memang perannya tidak besar namun tetap saja memiliki tanggung jawab yang harus dipikul. Alhamdulillah, SkyAvenue sukses dan dapat berjalan lancar. Setelah semua kegiatan selesai, saya sebagai murid kelas XII di kelas IPA 2 hanya bisa fokus belajar sebagai persiapan UAN. Apakah SNMPTN juga? Sayangnya tidak, karena lagi-lagi, saya tidak tertarik untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri. Memang agak aneh dan sepertinya saya sedikit mengecewakan orang tua. Namun, apa yang bisa dilakukan saya memang tidak tertarik sama sekali. Selain disibukkan oleh persiapan UAN, saya juga disibukkan oleh persiapan ujian karya tulis. Agak berat, karena ini pertama kalinya bagi saya untuk membuat sebuah karya tulis seorang diri. Maka, saya memutuskan untuk memilih topic yang menarik dan menyenangkan untuk saya kerjakan, yaitu TIK. Yah, sepertinya cukup itu saja, sekarang saya dan angkatan akan bersiap-siap memasuki semester 2 sebagai murid kelas XII. Sedih? Pastinya! Saya tidak bisa berhenti memikirkan bahwa kehidupan saya sebagai murid SMA, bahkan sebagai seorang murid itu sendiri hanya tinggal tersisa 3-4 bulan ke depan. Setelah itu saya tidak akan lagi belajar pelajaran yang membosankan, memakai seragam, mengikuti jadwal pelajaran seharian penuh, dibagi-bagi dalam kelas, dan segala macam hal lain yang berhubungan dengan kehidupan saya sebagai murid selama 12 tahun. Semoga saya bisa menghabiskan bulan-bulan terakhir kehidupan saya sebagai murid sekolah dengan damai, menyenangkan, dan tanpa masalah yang berarti. Dan semoga angkatan 9, Nawastra semuanya bisa lulus 100%~~

Thanks~
Terima kasih teman-teman Nawastra, khususnya sahabat-sahabat saya yang tetap ada untuk mendukung di masa sulit dan tetap ada saat saya membutuhkan. Tentunya terima kasih juga untuk XI IPA 2 yang telah memberikan begitu banyak memori dan momen untuk dikenang sebagai kelas terbaik sepanjang masa. Terakhir, terima kasih untuk Anda yang telah bersusah payah membaca karangan yang abstrak ini hingga akhir~! Sekian dari saya.

Cheers, Ayesh <3


Me and Jenderal Sudirman's Vehicle


Sunday, 22 May 2011, me and my two other friends visited Satria Mandala Museum to fulfill one of our school history assignment. We were asked to research a museum artifact and wrote it down in this blog. A little bit about this museum, it was located at Gatot Subroto Street, No. 14-16, South Jakarta. The visitors only need to pay Rp 2.500,-/adult and Rp 1000,-/kid. This museum, that only closed on Monday, offer us lots of artifacts to see, especially collections that related to Indonesia's warder and military equipments. Other than that, we can also learn a little bit about TNI and big figures who have major role like, Jenderal Soedirman, Pak Soeharto, Jenderal Nasution, etc.

The artifact I'm going to write today is about a vehicle that was once belong to Jenderal Soedirman. This vehicle is a Willys Jeep. This Willys Jeep was given by Jenderal Soedirman to one of his personal doctor, Dr. Koesen Hirohoesodo, SPOG, as a token of grateful. It was a precious vehicle to Jenderal Soedirman himself, because this jeep accompanied him at the warfare times against the Holland (1948-1949).

Willys Jeep at Satria Mandala Museum

About the Willys Jeep
The Willys MB US Army Jeep (formally the Truck, 1/4 ton, 4x4) and the Ford GPW, were manufactured from 1941 to 1945. These small four-wheel drive utility vehicles are considered the iconic World War II Jeep, and inspired many similar light utility vehicles. Over the years, the World War II Jeep later evolved into the "CJ" civilian Jeep. Its counterpart in the German army was the Volkswagen Kubelwagen, also based on a small automobile, but which used an air-cooled engine and lacked 4 wheel drive. Jenderal Soedirman's Willys Jeep is a CJ2A type. This type is the third CJ type that was produced by Willys-Overland Motors. CJ2A was produced from year 1945 until 1948. The jeep has a various of unique colors and lively to represent the hope of Americans towards the after-warfare times.

About Jenderal Soedirman
Jenderal Soedirman was borned at Bodas Karangjati, Purbalingga, Center Java on 24th January 1916. He's the first and youngest Indonesia's Great Commander and General ever. Soedirman was raised in a common family environment. His dad, Karsid Kartowirodji, is a worker in a Sugar Factory at Kalibagor, Banyumas and his mother, Siyem is a Wedana Rembang heredity. He studied at the Dutch Native School in Purwokerto, and then at a Muhammadiyah teacher training college in Surakarta. He worked as a teacher at the Muhammadiyah school in Cilacap.
During the Japanese occupation of Indonesia during World War II, Sudirman trained to become a battalion commander in Peta, the "homeland defense" army promoted by the Japanese. When Japan surrendered and Sukarno proclaimed Indonesian independence, he organized his Peta battalion into a Banyumas-based regiment of the Republican army to resist Dutch reoccupation of its former colony. The first major battle that he led was the Battle of Ambarawa against the British and the Dutch (November–December 1945). On 12 December he led a "coordinated attack" against British positions in Ambarawa, driving the British all the way to Semarang. The battle ended on 16 December.
On 12 November 1945 he was elected Commander-in-chief of the Army, a position he held until his death. During much of the next five years he was sick with tuberculosis, but led several guerrilla actions against the Dutch. He led the resistance to the Dutch attack on Yogyakarta, then the Republic of Indonesia's headquarters, in December 1948. Theodore Friend (2003) describes him as having "...a strangely blended samurai discipline, Marxist disposition, and raw courage."
Sudirman died in Magelang, 29 January 1950, at the age of 35 due to tuberculosis. He was buried in Heroes' Cemetery in Semaki, Yogyakarta. He received the title of National Hero of Indonesia as an Independence Defender Hero.

After the Willys Jeep was given to Dr. Koesen Hirohoesodo, it was kept by the doctor until the 20th century. On 2006, 5 October 2006 to be exact, the Jeep was handed over to Satria Mandala Museum. The doctor’s family decides to gave them to the museum to be kept as one of their collections. At the museum Jenderal Sudirman’s figure itself is a symbol of a “high fighting spirit”. Other than the Willys Jeep, the museum also kept Jenderal Sudirman’s palanquin, coat, uniform, and his personal belongings. 

Explanation attached on the Jeep
Writer with the Willy Jeep


ringkasan materi bahasa indonesia kelas XI


Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat dan padat tetapi dapat menyampaikan pesan secara tepat dan dapat dipahami secara tepat Kalimat efektif menuntut adanya beberapa ketepatan, di antaranya ketepatan pilihan kata, bentuk kata, pola kalimat, dan makna kalimat. Ketidakefektifan kalimat dalam surat biasanya disebabkan oleh:
1. Salah nalar
Coba Anda perhatikan contoh di bawah ini.
(a) Pada hari ini saya datang terlambat karena jalannya macet
(b) Saya mohon maaf tidak bisa mengikuti arisan karena tidak ada waktu.
Kalimat di atas merupakan bagian surat yang sering kita lihat pada surat pemberitahuan. Jika dilihat selintas memang kalimat di atas tampak efektif karena mudah kita pahami. Akan tetapi, kalimat tersebut sebenarnya tidak efektif karena salah nalar. Pada kalimat (a) terdapat frasa jalannya macet. Di dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI, 1994: 611) kata macet berarti terhenti atau tidak lancar. Kataterhenti atau frasa
tidak lancar hanya boleh mengikuti kata yang bermakna ’gerak.’ Sedangkan kata jalan tidak mengandung makna ’gerak. Oleh karena itu, frasa jalanya macet mengalamai salah nalar, karena kata jalan pada konteks kalimat tersebut memang tidak pernah bergerak.
Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada kalimat (b). Tuhan telah memberikan waktu kepada kita 24 jam dalam satu hari dan satu malam. Jadi kalau ia tidak bisa arisan karena tidak ada waktu, berarti terjadi salah nalar. Kemungkinan yang tidak ada adalah kesempatan, karena setiap orang memiliki kesempatan yang berbeda-beda.
Dua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
(a) Pada hari ini saya datang terlambat karena lala lintas macet
(b) Saya mohon maaf tidak bisa mengikuti arisan karena tidak ada kesempatan untuk datang.
Masih banyak contoh kalimat lain yang salah nalar, misalnya:
(a) Mobil Pak Sanusi mau dijual.
(b) Waktu dan tempat kami persilakan kepada Bapak Rustamaji.
(c) Bola berhasil masuk ke gawang lawan.
Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
(a) Mobil Pak Sanusi akan dijual.
(b) Bapak Rustamji kami persilakan.
(c) Ronaldo berhasil memasukkan bola ke gawang lawan.
2. Penggunaan kata depan yang berlebihan dan tidak tepat
Penggunaan kata depan yang berlebihan di dalam kalimat surat juga menjadikan kalimat tidak efektif. Coba Anda perhatikan contoh berikut ini.
(a) Perusakan kami maju pesat berkat perkembangan daripada teknologi informasi.
(b) Kepada yang berminat membeli printer merek epson dapat menghubungi perusahaan kami.
(c) Jika belum jelas, Anda dapat meminta penjelasan lebih lanjut ke saya.
Penggunaan kata depan daripada pada kalimat (a) sangat berlebihan dan tidak tepat. Kata depandaripada berfungsi untuk membandingkan antara dua kata benda atau frasa benda. Padahal kata depan daripada pada kalimat (a) tidak berfungsi untuk membandingkan.
Jadi, kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut:
(a) Perusakan kami maju pesat berkat perkembangan teknologi informasi.
(b) Yang berminat membeli printer merek epson dapat menghubungi perusahaan kami.
(c) Jika belum jelas, Anda dapat meminta penjelasan lebih lanjut kepada saya.
Contoh penggunaan kata depan daripada yang tepat adalah:
Ø Hidup di desa lebih tenang daripada hidup di kota.
Ø Tunjangan kesejahteraan guru DKI Jakarta lebih baik daripada tunjangan kesejahteraan guru daridaerah lain.
Ø Daripada menjadi gelandangan di DKI Jakarta lebih baik kita mengikuti transmigrasi ke Kalimantan.
Penggunaan kata depan kepada pada kalimat (b) juga berlebihan dan tidak tepat. Penggunaan kata depan kepada yang benar adalah untuk menyatakan ’tempat yang dituju’ dan ditempatkan di muka objek dalam kalimat yang predikatnya mengandung pengertian ’tertuju terhadap sesuatu.’
Contoh:
(a) Persoalan itu harus dilaporkan kepada kepala sekolah.
(b) Saya akan meminta bantuan kepada LBH yang ada di PGRI.
(c) Marilah kita kembali kepada UUD 1945.
Penggunaan kata depan ke pada kalimat (c) tidak tepat, karena kata depan ke tidak dapat digunakan di depan:
(a) kata ganti (saya, kamu, dan dia),
(b) kata nama diri (Sanusi, Gunawan),
(c) kata nama jabatan (lurah, camat, dan gubernur),
(d) Kata nama kekerabatan ( adik, saudara, dan ibu).
Kata depan ke berfungsi untuk menyatakan ’tempat tujuan’ dan digunakan di depan kata benda yang menyatakan tempat. Untuk menyatakan ’tempat yang dituju’ penggunaan kata depan ke akan lebih cermat apabila diikuti dengan kata yang menunjukkan bagian dari tempat yang dimaksud. Contoh penggunaan kata depan ke yang tepat.
(a) Ayah pergi ke Makasar.
(b) Saya melihat ke tengah danau.
(c) Perampok itu berlari ke samping mobil kami.
3. Pleonasme (berlebihan/mubazir)
Penggunaan kata yang pleonastis (berlebihan) dapat mempengaruhi efektivitas kalimat. Coba perhatikan contoh berikut ini.
(a) Produk-produk kami dijamin memuaskan para Bapak-bapak dan Ibu-ibu.
(b) Harga yang Bapak tawarkan kepada kami sangat murah sekali.
(c) Banyak orang-orang yang telah tertarik terhadap produk perusahaan kami.
Kata depan para pada kalimat (a) sangat berlebihan (mubazir). Kata depan para bermakna ’jamak.’ Oleh karena itu, penggunaan kata depan para jangan diikuti lagi dengan kata yang bermakna jamak, misalnya bapak-bapakIbu-ibu, hadirin, dan sebagainya. Hal yang senada juga terjadi pada kalimat (c). Kata banyakseyogyanya tidak diikuti kata jamak (orang-orang).
Penggunaan kata sangat murah sekali pada kalimat (b) juga pleonastis (berlebihan). Kata sangat sama atau mirip artinya dengan kata sekali. Oleh karena itu, pergunakan salah satu saja, yakni sangat murah atau murah sekali.
Jadi, perbaikan kalimat di atas adalah:
(a) Produk-produk kami dijamin memuaskan para Bapak dan Ibu.
(d) Harga yang Bapak tawarkan kepada kami sangat murah.
(e) Banyak orang yang telah tertarik terhadap produk perusahaan kami
B. Pemilihan kata yang tepat (diksi)
Pilihan kata atau diksi dalam bahasa surat hendaknya tepat agar tidak menimbulkan konotasi yang lain. Konotasi adalah makna tambahan yang muncul dari kata tersebut. Makna konotasi muncul akibat penafsiran,perasaan, dan budaya setiap orang. Konotasi ini akan ditanggapi secara berbeda-beda, bergantung dari situasi pembacanya. Coba Anda perhatikan contoh berikut ini.
(a) Kami berharap, Bapak dapat bergabung di perusahaan kami.
(b) Saya berharap, Saudara dapat bergabung di perusahaan saya.
Kata kami pada kalimat (a) sebenarnya sama dengan kata saya pada kalimat (b), yakni prulalis majestatis.Penggunaan kata kami terasa lebih santun karena tidak menonjolkan diri dibandingkan dengan kata saya. Begitu pula, penggunaaan kata Bapak terasa lebih terhormat dibandingkan dengan kata Saudara.
Contoh lain adalah:
(a) Seorang supervisor harus memperhatikan anggota timnya.
(b) Seorang mandor harus memperhatikan bawahannya.
Kata supervisor dan mandor pada kalimat di atas pada dasarnya memiliki makna yang sama, pengawas atau pengontrol utama. Akan tetapi, kata supervisor terasa lebih terhormat daripada kata mandor. Begitu pula, frasaanggota tim memiliki konotasi lebih baik daripada kata bawahan.
Contoh lainnya adalah:
Perusahaan kami menerima tenaga kerja wanita dengan syarat tinggi badan minimal 165 cm, berleher jenjang, dan bertubuh langsing.
Frasa berleher jenjang dan bertubuh langsing pada kalimat di atas memiliki konotasi yang baik, jika dibandingkan dengan frasa berleher panjang dan tubuhnya kurus. Oleh karena itu, pemilihan kata atau frasa di dalam bahasa surat harus benar-benar diperhatikan
C. Penggunaan kata baku
Kata-kata yang digunakan di dalam surat hendakanya kata yang baku. Kata yang baku adalah kata yang sesuai dengan standar Kamus Besar bahasa Indonesia. Apabila ternyata kita terpaksa harus menggunakan kata asing karena belum ada padannya dalam bahasa Indonesia, maka kata tersebut harus dicetak miring atau digaribawahi. Berikut ini adalah beberapa contoh kata baku dan tidak baku.
B a k u
Tidak baku
akta
alpa (tidak hadir)
alternatif
analisis
apotek
banker
beasiswa
biaya
CV
cenderamata
efektif
ekspor
faksimile
faktur
fotokopi
ijazah
izin
jadwal
kabar
kualitas
legalisasi
manajemen
miliar
nomor
November
persen
PT
rezeki
risiko
teladan
utang
vital
akte
alfa (tidak hadir)
alternatip
analisa
apotik
bangker
biasiswa
beaya
C.V.
cinderamata
epektif
eksport
faximile
paktur
photokopi
ijasah
ijin
jadual
khabar
kuwalitas
legalisir
management
milyar
nomer
Nopember
prosen
P.T.
rejeki
resiko
tauladan
hutang
fital
D. Penggunaan Ejan yang tepat
Penulis surat yang cermat pasti memperhatikan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Begitu pula sebaliknya, penulis surat yang tidak cermat biasanya lebih memetingkan isi daripada bahasa. Dalam penulisan surat, baik isi maupun bahasa harus benar-benar kita perhatikan. Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat dalam surat yang kurang memperhatikan kaidah ejaan.
1. Semoga anda dapat bergabung dengan perusahaan kami.
2. Setiap hari sabtu perusahaan kami libur.
3. Surat penawaran ini berasal dari P.T. Genta Buana Perkasa.
4. Surat ini harus ditanda tangani oleh direktur perusahaan.
5. Silakan hubungi sub-bagian tata usaha.
6. Harga gula yang kami tawarkan sebesar Rp. 8.000,- per kg.
7. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
8. Jadwal wawancara dirubah menjadi tanggal 2 s/d 5 Maret 2006.
9. Direktur perusahaan kita yang baru adalah seorang sarjana hukum, yakni Dr. Tony SH.
10. Pihak ke-I bertindak sebagai penjual dan pihak ke-II sebagai pembeli.
Marilah kita cermati penggunaan ejaan yang salah dalam penulisan kalimat surat di atas.
Penulisan kata anda pada kalimat (1) tidak sesuai EYD. Kata anda sebagai bentuk sapaan harus diawali dengan huruf kapital, yakni Anda. Kata sapaan lain adalah Bapak, Ibu, Saudara, dan sebagainya.
Pada kalimat (2) terdapat nama hari yang penulisannya tidak tepat karena diawali dengan huruf kecil. Menurut ketentuan EYD, semua nama hari, nama bulan, dan nama tahun harus diawali dengan huruf kapital. Sebagai contoh:
Nama hari : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.
Nama bulan : Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember.
Nama tahun : Masehi, Kabisat, Saka, dan Hijriah.
Pada kalimat (3) terdapat penulisan singkatan huruf awal kata yang menggunakan tanda titik. Di dalam EYD disebutkan bahwa singkatan yang terdiri atas huruf awal kata, suku kata atau gabungan keduanya yang terdapat dalam akronim tidak perlu menggunakan tanda titik. Jadi, penulisan singkatan PT tidak perlu menggunakan tanda titik, seperti singkatan CV, SMA, MPR, ABRI, dan sebagainya.
Penulisan kata ’ditanda tangani’ pada kalimat (4) seharusnya dirangkaikan, yakni ditandatangani. Hal tersebut karena gabungan kata itu mendapat awalan dan akhiran sekaligus. Sedangkan pada kalimat (5) terdapat kata ’sub-bagian’ seharusnya subbagianBentuk sub-, semi, non-, dan in- sebagai awalan dari bahasa asing harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: semifinal, nonformal, dan informal.
Penulisan singkatan rupiah pada kalimat (6) tidak perlu menggunakan tanda titik. Begitu pula penggunakan tanda koma dan setrip di akhir angka tidak sesuai ketentuan EYD. Contoh penulisan yang tepat adalah Rp 8.000,00 per kg.
Kalimat (7) merupakan kalimat penutup surat yang tidak tepat. Kata ganti ”–nya” pada kata perhatiannya tidak jelas. Oleh karena itu, kata ganti-”nya” harus diganti dengan kata nama diri, menjadi: Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Pada kalimat (8) terdapat penulisan kata dan singkatan yang tidak sesuai EYD, yakni kata dirubah dan s/d.Kata dirubah sebenarnya berasal dari kata dasar ubah, bukan rubah. Oleh karena itu, imbuhan di- + ubahmenjadi diubah. Adapun singkatan sampai dengan yang benar adalah s.d. bukan s/d.
Penulisan gelar sarjana hukum (kalimat (9) adalah S.H. Gelar sarjana hukum ditempatkan di bagian belakang nama. Penulisan gelar di belakang nama menurut EYD harus diawali dengan tanda koma. Contoh:
(a) Dr. Tony, S.H.
(b) Sri Mulyani, S.Pd.
(c) Sugiman, B.Sc.
Penulisan ke-I dan ke-II pada kalimat (10) tidak tepat. Penulisan ke- harus diikuti denggan angka Arab. Apabila ingin menggunakan angka Romawi maka bentuk ke- tidak perlu dimunculkan. Misalnya:
(a) Pihak ke-1 dan pihak ke-2.
(b) Pihak I dan pihak II.