Saturday 27 August 2011

Dua Tahun di Labsky, Sebuah Autobiografi dari Ihsan Giana Zahedy


Tahun Pertama di Labsky (Juli 2009 – Juni 2010)

Pada hari itu, Sabtu 11 Juli 2009, untuk pertama kalinya saya datang ke SMA Labschool Kebayoran sebagai “calon” siswa kelas 10. Mengapa dikatakan sebagai calon?, jawabannya tidak lain dan tidak bukan ialah, untuk menjadi siswa kelas 10 di SMA Labschool Kebayoran seorang siswa yang sudah diterima di sekolah ini harus menjalani proses orientasi atau MOS (Masa Orientasi Siswa) yang dilaksanakan selama 3 hari. Setelah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan MOS tersebut, maka secara resmi dan setelah melewati proses seremonial, siswa tersebut telah menjadi siswa kelas 10 SMA Labschool Kebayoran. Saya telah menjadi siswa kelas 10 di Labsky secara resmi dan bagi saya adalah suatu kehormatan untuk tergabung bersama teman-teman lainnya pada angkatan yang ke 9 di sekolah ini.                                                                                   
Pada hari Sabtu itu, dilaksanakan kegiatan yang dinamai Pra-MOS, sebuah kegiatan yang berisi pembekalan/briefing bagi siswa-siswi baru yang akan mengikuti kegiatan MOS pada hari Senin-Rabu minggu depannya. Pada hari itu juga saya mengenakan seragam putih abu-abu lengkap beserta dasi untuk pertama kalinya. Dalam kegiatan Pra-MOS tersebut kami dibriefing tentang berbagai hal mulai dari nametag yang harus dibuat, makanan yang harus dibawa pada hari pertama MOS, potongan rambut, dan berbagai hal lainnya. Menurut saya, kakak-kakak OSIS Diwakara Balasena dari Seksi Kesenian pada waktu itu dapat dibilang memiliki ide yang kreatif dalam banyak hal. Meskipun cukup menyulitkan bagi saya dan juga teman-teman lainnya, khususnya dalam hal memberikan perintah makanan yang harus dibawa selama MOS.
Selama 3 hari dilaksanakan kegiatan MOS, makanan para peserta harus sesuai dengan perintah dari kakak-kakak OSIS, jika kami salah membawa makanan atau tidak mengikuti perintah maka tentu saja kami akan menerima “treatment” dari kakak-kakak OSIS. Perintah yang berisi makanan yang harus dibawa setiap harinya selama MOS, diberikan secara tersirat melalui sebuah kalimat dari kakak-kakak OSIS. Sehingga sejak Pra-MOS kami sudah dilatih untuk memupuk kebersamaan dan persahabatan serta kekompakan dengan teman-teman seangkatan walaupun belum saling mengenal satu sama lain, melalui penafsiran bersama dalam hal memecahkan arti tersirat dari kalimat yang diberikan oleh kakak-kakak OSIS. Namun demikian, sangat disayangkan perintah kakak OSIS yang “bersejarah” tersebut tidak terdokumentasikan dengan baik oleh saya sehingga yang dapat saya ceritakan adalah perintah membawa makanan pada hari terakhir MOS. Pada hari terakhir MOS, kami diperintahkan untuk membawa 7 benda yang terdiri dari makanan dan minuman. Ketujuh benda tersebut disampaikan dalam bentuk kalimat-kalimat yang harus bisa ditafsirkan, yaitu “nasi broken heart pada saat valentine”, “sayur parasit kebelet pipis”, “menggebuk si inyong”, “si otot jangkar”, “tangkai beruntung rasa kulit Afrika”, “air mineral made in Samarinda di warung bu Qosim”, dan “pecundang berkaki 3”.     
Berikut adalah tafsirannya, untuk makanan yang pertama yaitu nasi goreng yang dicetak berbentuk hati walaupun pada kenyataannya banyak yang hanya membawa nasi goreng tanpa dicetak berbentuk hati, termasuk saya. Berikutnya adalah jamur kancing, yang cukup mudah bagi saya untuk mempersiapkannya karena beruntung di rumah saya banyak persediaan jamur kancing. Selanjutnya adalah gepuk Nyonya Ong yang sangat terkenal, gepuk tersebut dapat dibeli dalam perjalanan pulang ke rumah, toko gepuk itu berlokasi di arteri pondok indah/Jalan Sultan Iskandar Muda. Setelah itu kami juga diperintahkan untuk membawa buah Pepaya yang sebenarnya, saya tidak terlalu menyukainya. Untuk makanan ringan/snack kami disuruh membawa snack “Lucky Stick” rasa coklat yang sangat digemari oleh para peserta MOS, termasuk saya. Sedangkan untuk air minum, kami diperintahkan untuk membawa air minum merk “Club” yang memang diproduksi di Samarinda, air minum tersebut dapat dibeli di warung bu Qosim yang ternyata merupakan nama samaran dari minimarket yang berada dekat dengan sekolah, yaitu Circle K. Serta benda terakhir yang harus dibawa yaitu minuman larutan penyegar cap kaki 3 yang terkenal,  pada waktu itu saya membeli rasa jeruk.
Selama kegiatan MOS para siswa harus rela kehilangan rambutnya selama kurang lebih 1,5 bulan. Mengapa demikian?, karena sudah menjadi tradisi sejak angkatan pertama di sekolah ini dimana setiap siswa baru yang mengikuti MOS diperintahkan oleh kakak-kakak OSISnya untuk memotong rambutnya dengan ukuran “sepatu nol”. Ketika diberi perintah tersebut, pada awalnya saya beserta teman-teman seangkatan lainnya saling bertanya satu sama lain mengenai arti dari potongan sepatu nol. Akan tetapi, kakak-kakak OSIS kemudian menjelaskan kepada kami bahwa model potongan sepatu nol berarti kepala kami hampir gundul licin tanpa rambut sama sekali dan ketika datang ke tempat cukur cukup katakan kepada tukang cukurnya minta dipotong sepatu nol dan ia pun akan mencukur sesuai perintah kita. Perintah tersebut diberikan pada hari Sabtu saat Pra-MOS dan saya baru pergi ke tukang cukur keesokan harinya, karena sepulang dari Pra-MOS saya ingin menikmati memiliki rambut selama kurang dari 24 jam sebelum harus bersabar menunggu tumbuh kembali rambut saya sekitar 1 bulan kemudian.
Setiap peserta MOS wajib memiliki dan membawa nametagnya selama kegiatan MOS berlangsung, di mana nametag tersebut dipakai pertama kali setelah upacara bendera sekaligus pembukaan kegiatan MOS dan dapat dilepas setelah apel penutupan MOS. Desain nametag telah diberikan sebelumnya pada saat Pra-MOS, dan menurut saya desain nametagnya cukup rumit, tetapi pada saat itu saya berusaha menyikapinya secara positif dan optimistis dapat membuat nametag seperti yang diperintahkan. Seluruh proses pembuatan nametag saya lakukan sendiri, yang dimulai pada Sabtu sore dan selesai pada Minggu sore. Untuk pertama kalinya saya dapat membuat nametag sekaligus memecahkan permasalahan saya sendiri, sehingga menambah rasa percaya diri dan jiwa optimistis dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai macam masalah yang saya temui. Selama MOS berlangsung, nametag harus dikenakan sejak pertama kali tiba disekolah hingga pulang sekolah. Para peserta MOS diwajibkan hadir tepat waktu untuk menghindari hukuman dari kakak-kakak OSIS, guna menanamkan sikap kedisiplinan. Di mana kami diperintahkan untuk hadir tepat pada pukul 05:30 WIB dan dapat pulang kembali pada pukul 15:00 WIB selama MOS 3 hari.
Berbagai macam hal dan persiapan yang saya ceritakan di atas hanyalah beberapa persyaratan untuk mengikuti kegiatan MOS selama 3 hari. Lebih lanjut lagi, selama mengikuti kegiatan MOS saya menemukan dan mendapatkan banyak pelajaran berharga sebagai bekal dalam menjalani seluruh rangkaian program akademis dan non-akademis selama 3 tahun bersekolah di SMA Labschool Kebayoran. Banyak nilai-nilai penting yang ditanamkan kepada saya dan juga teman-teman seangkatan lainnya, sebagai contoh, sejak Pra-MOS saja kami sudah dituntut untuk membangun jiwa kolektifitas dalam hal memecahkan arti tersirat dari kalimat yang diberikan oleh kakak-kakak OSIS mengenai makanan yang harus dibawa selama MOS. Kesan saya terhadap kegiatan MOS ini beragam, yaitu saya sangat menilai secara positif terhadap kalimat perintah membawa makanan dari kakak-kakak OSIS yang membuat saya menjadi lebih mudah untuk mendapatkan teman-teman baru di SMA, tanpa menunggu waktu yang terlalu lama. Selain itu, diperintahkan membuat nametag juga telah menambah tingkat kedewasaan saya, dimana saya berhasil menyelesaikan sendiri membuat nametag, sehingga di kemudian hari menjadi bekal bagi saya untuk dapat menyelesaikan berbagai masalah dan tantangan yang saya temui sendiri. Namun demikian, dari berbagai macam kesan positif saya terhadap MOS tentunya saya juga memiliki kritik terhadap MOS, khususnya dalam hal rambut. Menurut saya, mungkin untuk potongan rambut tidak harus dipotong sepatu nol, tetapi cukup dirapihkan saja sesuai peraturan sekolah sehari-hari.
Pada hari Kamis 16 Juli 2009, secara resmi saya telah menjadi seorang siswa kelas 10 di SMA Labschool Kebayoran, setelah mengikuti kegiatan MOS selama 3 hari. Program akademik di kelas 10 diawali dengan tes matrikulasi mata pelajaran matematika yang dilaksanakan pada hari Kamis itu juga. Sehari sebelumnya, sehabis apel penutupan MOS telah diumumkan bahwa pada hari Kamis akan diadakan tes matrikulasi mata pelajaran Matematika dengan materi yang diujikan berupa matematika kelas 9-10, kalau tidak salah. Menanggapi pengunguman itu, saya merasa malas karena tentu saja saya dan mungkin teman-teman seangkatan lainnya masih merasa lelah setelah mengikuti kegiatan MOS selama 3 hari. Namun demikian, saya berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi rasa malas dari diri saya dan pada malam harinya saya melakukan beberapa persiapan untuk menghadapi tes matrikulasi. Tidak banyak persiapan yang dapat saya lakukan untuk menghadapi tes matrikulasi tersebut karena faktanya saya belajar di tengah rasa lelah. Maka dari itu saya hanya mengerjakan beberapa latihan soal matematika dasar kelas 9 dan untuk pertama kalinya saya membuka buku cetak Matematika kelas 10 yang masih baru. Meskipun, saya juga kurang memahami isi materi dari bab-bab awal Matematika kelas 10. Keesokan harinya, pada saat dibagikan soal tes matrikulasi Matematika, saya melihat terlebih dahulu isi soalnya, dan ternyata sebagian besar isinya berisi materi pangkat dan akar serta persamaan kuadrat. Karena saya kurang menguasai materi persamaan kuadrat dan ketika SMP hanya baru dikenalkan pada dasarnya saja, sedangkan yang dikeluarkan di soal matrikulasi menurut saya sudah pada tingkat lanjutan, maka saya mendahulukan menjawab dengan teliti dan benar soal-soal pangkat dan akar. Ketika waktu tes telah berakhir dan saya mengumpulkan lembar jawaban saya, dalam hati saya berdoa dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT, karena yang terpenting bagi saya, saya telah berusaha sebaik-baiknya. Ketika hasil tes matrikulasi  diumumkan, saya mendapati nilai saya 65, yang berarti tepat dengan standar KKM. Walaupun saya mendapatkan nilai yang pas dengan standar KKM, saya tetap bersyukur karena setidaknya saya tidak perlu mengikuti kelas matrikulasi dan dapat mengikuti kelas pengayaan. Sehingga setiap hari Selasa setiap minggunya selama 2 semester saya dapat memperdalam pemahaman materi pelajaran di kelas 10 yang sedang dan akan dipelajari.
Keesokan harinya, pada hari Jumat 17 Juli 2009 diadakan kegiatan expo excul. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengenalkan berbagai macam ekstrakurikuler yang ada di SMA Labschool Kebayoran kepada siswa-siswi kelas 10. Di mana setiap siswa-siswi diwajibkan untuk memilih minimal 1 excul yang sesuai dengan minatnya masing-masing. Setelah menyaksikan berbagai peragaan dan mengunjungi seluruh stand excul, maka saya memutuskan untuk mendaftar dan bergabung dengan excul badminton atau bulutangkis. Alasan saya mendaftar dengan excul badminton adalah selain saya memang gemar bermain badminton juga karena badminton pernah menjadi sumber prestasi bagi Indonesia selama puluhan tahun dan saya berharap di masa mendatang Indonesia dapat kembali memegang gelar-gelar juara dunia.
Kurang lebih hampir sebulan kemudian, tepatnya pada tanggal 14 Agustus 2009, di sekolah diadakan berbagai macam lomba yang bertujuan untuk memeriahkan dan memperingati HUT-RI yang ke 64. Pada waktu itu saya memilih untuk bergabung bersama teman-teman kelas X-D mengikuti lomba tarik tambang. Pada awalnya kelas saya berhasil mengalahkan beberapa kelas 10 lainnya, walaupun pada akhirnya kelas kami berhasil ditaklukan oleh kelas 11. Namun demikian, tujuan dan makna dari berbagai perlombaan ini bukanlah masalah juara/tidak juara, tetapi bagi saya yang terpenting dapat menanamkan jiwa kebersamaan dan persatuan serta nasionalisme dalam memperingati HUT-RI yang ke 64 ketika itu. Akan tetapi, tanpa saya sadari ketika itu, perlombaan dalam rangka memperingati HUT-RI di sekolah telah menjadi perlombaan yang pertama dan terakhir bagi saya serta teman-teman angkatan 9 selama bersekolah di SMA Labschool Kebayoran. Mengingat bahwa  HUT-RI pada tahun-tahun berikutnya bertepatan dengan bulan Ramadhan, di mana kita yang beragama Islam wajib menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Sehingga berbagai perlombaan dalam rangka menyambut HUT-RI pun ditiadakan. Secara tidak langsung ada rasa kecewa dalam hati saya, bukan diakibatkan oleh puasa Ramadhannya melainkan karena saya mengetahui bahwa perlombaan itu merupakan yang terakhir bagi saya dan juga teman-teman seangkatan lainnya. Sehingga di sisa waktu saya bersekolah, saya tidak akan menjalankan dan mengikuti berbagai macam lomba yang biasa diadakan dalam rangka menyambut HUT-RI. Namun demikian, saya berusaha untuk dapat selalu bersikap positif dalam berbagai hal termasuk hal tersebut.
Sekitar kurang lebih 2 bulan kemudian tepatnya pada tanggal 22-26 Oktober 2009, saya dan teman-teman seangkatan lainnya mengikuti kegiatan non-akademis TO. Sebelum kegiatan TO dilaksanakan, para peserta diwajibkan mengikuti kegiatan Pra-TO. Kegiatan Pra-TO dilaksanakan selama 3 hari. Pada kegiatan Pra-TO ini dilakukan berbagai kegiatan yang akan mendukung terlaksananya kegiatan TO. Mulai dari pembagian kelompok TO, pengecatan tongkat, pemilihan ketua angkatan, latihan memasak bersama 1 kelompok dan kegiatan-kegiatan lainnya. Pada kegiatan Pra-TO ini, saya ditunjuk oleh teman-teman dan kakak PDP dari kelompok saya untuk menjadi ketua kelompok. Menanggapi penunjukkan saya sebagai ketua kelompok secara aklamasi, saya pun terkejut dan pada awalnya sempat menolak keputusan tersebut. Sebenarnya saya tidak pernah berambisi untuk menjadi ketua kelompok saat TO. Meskipun pada saat MOS, sempat terlintas di pikiran saya mengenai bagaimana rasanya bila saya menjadi ketua kelompok saat TO. Pada akhirnya, saya menerima hasil keputusan bersama dari kelompok saya dan saya secara resmi menjadi ketua kelompok 25 Polo-Palo selama TO. Selain itu, pada kegiatan Pra-TO ini angkatan kami diberi nama dan ketua angkatan secara resmi. Nama angkatan 9 yaitu Nawa Drastha Sandyadira, yang memiliki arti angkatan 9 yang bermahkotakan persatuan yang kokoh.  Kegiatan TO atau Trip Observasi bertujuan untuk memberikan pengalaman hidup melalui pembelajaran secara tidak langsung di luar kelas dengan cara tinggal bersama penduduk desa dan ikut menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Kegiatan ini dilaksanakan selama 5 hari di Desa Pasir Muncang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.  Selama mengikuti kegiatan ini, saya mempelajari banyak hal. Mulai dari kebiasaan masyarakat di desa tersebut, bagaimana rasanya menjadi petani membajak sawah, hingga beradaptasi dan berbaur bersama keluarga angkat serta masyarakat sekitar. Adapun kesan saya terhadap TO, yaitu kegiatan ini lebih mengasyikan dan menyenangkan dibandingkan dengan kegiatan Pra-TO. Karena pada saat TO saya betul-betul merasakan bagaimana rasanya hidup membaur bersama keluarga angkat dan masyarakat desa. Sehingga setelah selesai mengikuti kegiatan ini, saya memiliki harapan terhadap diri saya sendiri agar dapat menjadi lebih mandiri lagi serta dapat selalu mensyukuri setiap berkah dan nikmat yang saya terima dari Allah SWT.                                 
Pada akhir semester 1 diadakan pembagian hasil belajar siswa atau rapor selama 1 semester. Pembagian rapor semester 1 dilaksanakan di bulan Desember 2009. Saya mendapati hasil belajar saya selama semester 1 belum maksimal dan masih menemukan kekurangan di beberapa mata pelajaran. Hal ini terjadi karena selama 1 semester saya belum menemukan pola belajar yang cocok dan efektif dengan proses pembelajaran di sekolah serta belum mengerahkan kemampuan belajar saya semaksimal mungkin. Sehingga saya sempat menemukan beberapa kesulitan dalam memahami materi dari beberapa mata pelajaran dan hanya mendapatkan hasil yang pas saja. Adapun hasil rapor semester 1 tersebut telah membuat saya berjanji terhadap diri saya sendiri, untuk mengerahkan kemampuan belajar saya sebaik-baiknya dan berusaha untuk memperoleh hasil yang semaksimal mungkin pada rapor semester 2 sehingga saya dapat membuat bangga kedua orangtua saya.
Pada bulan Januari 2010 telah dimulai semester 2 dan inilah waktunya bagi saya untuk membuktikan kepada diri saya sendiri dan juga orangtua saya bahwa diakhir semester 2, saya dapat memperoleh nilai rapor yang sebaik-baiknya, naik kelas dan dapat melanjutkan ke jurusan IPA. Berbagai macam proses pembelajaran yang panjang telah saya lakukan baik di rumah dan juga di sekolah selama kurang lebih 5 bulan hingga mengikuti UKK (Ujian Kenaikan Kelas). Walaupun nilai UKK untuk mata pelajaran Matematika saya sangat tidak memuaskan begitu juga yang dialami oleh hampir seluruh teman-teman seangkatan, alhamdulillah setelah rapor semester 1 dan 2 saya diakumulasi maka nilai-nilai saya berhasil melewati persyaratan batas minimal untuk dapat melanjutkan ke jurusan IPA. Selanjutnya di bulan Juni 2010 pada saat pembagian rapor semester 2, saya sengaja tidak ikut ke sekolah dan hanya menunggu telepon di rumah dari ibu saya. Ketika ibu saya menelepon saya dan mengatakan bahwa rapor saya lebih baik dari rapor sebelumnya dan  juga saya telah berhasil masuk ke jurusan IPA, maka seketika itu juga saya langsung meluapkan emosi saya dengan sujud syukur. Untuk dapat naik kelas dengan hasil sebaik-baiknya dan juga masuk ke jurusan IPA tidaklah mudah bagi saya, karena saya harus melewati berbagai macam perjuangan dan proses pembelajaran yang panjang serta menemukan berbagai macam suka-dukanya dalam berusaha untuk menjadi dan memperoleh hasil yang terbaik.
 Sebelum liburan kenaikan kelas, saya dan teman-teman angkatan 9 mengikuti kegiatan BINTAMA. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 6 hari di Grup 1 Kopassus, Serang, Banten. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melatih mental dan jiwa kepemimpinan setiap siswa. Saya senang dengan kegiatan ini karena bersifat menantang dan juga berhasil menambahkan jiwa nasionalisme ke diri saya. Akan tetapi ada hal yang membuat saya tidak senang, yaitu kegiatan ini dilaksanakan bertepatan dengan Piala Dunia 2010. Sehingga selama mengikuti kegiatan ini saya sempat kelewatan untuk menyaksikan beberapa pertandingan pembukanya. Dan menurut saya itulah duka yang saya temukan dalam mengikuti kegiatan BINTAMA. Meskipun demikian, saya akan selalu mengingat dan menghargai jasa para pelatih dari KOPASSUS yang telah dengan ikhlas mau melatih dan membina jiwa kepemimpinan serta rasa nasionalisme saya beserta teman-teman angkatan 9 lainnya.

Tahun Kedua di Labsky (Juli 2010 – Juni 2011)

Libur kenaikan kelas yang cukup panjang telah berakhir dan pada hari Senin 12 Juli 2010, saya kembali ke sekolah dengan mengenakan seragam putih abu-abu lengkap beserta topi untuk mengikuti upacara bendera. Alhamdulillah saya dapat melanjutkan belajar di kelas 11 jurusan IPA. Pada hari pertama sekolah di tahun ajaran baru, biasanya diadakan pembagian kelas beserta wali kelas yang baru. Ketika saya mencari informasi mengenai pembagian kelas, saya terkejut sekali ketika melihat nama saya berada pada daftar absen murid kelas 11 IPA 2. Hal yang membuat saya terkejut bukan karena saya sekelas dengan teman-teman yang belum pernah sekelas sama saya, tetapi saya terkejut kepada wali kelas saya yang baru. Ternyata wali kelas saya yang baru adalah bapak Yusuf Effendi, S.Pd. Siapa yang tidak kenal dengan pak Yusuf ?, beliau adalah guru senior di Labsky yang sudah mengajar sejak angkatan pertama. Mata pelajaran yang beliau ajarkan adalah kimia. Ketika kelas 10, banyak  teman seangkatan termasuk saya yang seringkali menemukan kesulitan ketika harus mengerjakan soal-soal ulangan kimia darinya. Bahkan tak jarang pula beliau mendapat julukan sebagai guru yang “killer” pada soal-soal ulangannya dari beberapa siswa. Tidak jarang dari kami yang harus senantiasa mengikuti remedial setiap ulangannya. Meskipun demikian, saya selalu berusaha untuk dapat melihat sisi positif dari setiap hal yang terjadi kepada saya. Maka dari itu, saya berpikir bahwa mempunyai wali kelas yang mengajar mata pelajaran Kimia merupakan suatu kesempatan dan keuntungan yang harus saya manfaatkan sebaik-baiknya, di mana di kelas 11 IPA ini saya dapat memperbaiki nilai-nilai mata pelajaran kimia saya dan meraih hasil yang sebaik-baiknya. Pada saat itu juga saya bertekad untuk dapat selalu mendengarkan nasehat dari beliau, serta dapat selalu kooperatif di dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
Ketika melanjutkan belajar di jurusan IPA, maka otomatis seluruh mata pelajaran IPS yang dipelajari ketika kelas 10  dihilangkan dan kami anak IPA difokuskan pada mata pelajaran ciri khas IPA yang terdiri dari Biologi, Matematika, Kimia, dan Fisika. Setidaknya beban pada mata pelajaran yang harus dipelajari di kelas 11 ini tidak sebanyak seperti ketika belajar di kelas 10. Bulan-bulan awal belajar di kelas 11 IPA, saya mendapatkan kesan yang baru dan sangat berbeda dibandingkan ketika masih duduk di bangku kelas 10. Perbedaan yang utama yaitu pola belajar di kelas 11 IPA ini terasa sangat cepat dan dikebut pada setiap pertemuan mata pelajarannya, khususnya pada mata pelajaran ciri khas. Pada awalnya saya sempat kesulitan untuk dapat beradaptasi dengan pola belajar yang cepat di sekolah, dibandingkan dengan pola belajar saya di rumah. Pola belajar yang cepat tersebut dapat dilihat dari pengambilan nilai ulangan harian untuk mata pelajaran ciri khas, yang rata-rata sering dilakukan setelah 4 kali pertemuan mata pelajarannya, dibandingkan ketika kelas 10 yang seringkali ulangan hariannya dilakukan setelah 5 kali pertemuan. Dalam menghadapi tantangan yang saya rasa besar dan berat ini, maka saya mulai mencari berbagai cara untuk dapat beradaptasi dengan pola belajar yang cepat tersebut. Salah satunya dengan memanggil guru privat ke rumah yang khusus mengajarkan materi-materi mata pelajaran ciri khas. Kegiatan les dengan guru privat di rumah rutin saya lakukan setiap hari Sabtu selama satu semester. Hasilnya, les tersebut telah membantu saya untuk dapat beradaptasi dengan pola belajar di sekolah dan Alhamdulillah dalam setiap ulangan harian, dan UTS semester 1 saya berhasil mendapatkan hasil yang baik dan setidaknya lulus KKM. Akan tetapi, saya tidak boleh terlalu cepat puas pada suatu pencapaian karena  nantinya bisa menjadi orang yang takabbur, oleh sebab itu tidak bosan-bosannya saya selalu melakukan perbaikan dan introspeksi terhadap diri saya sendiri. Adapun beberapa kekurangan yang ditemui pada beberapa ujian mata pelajaran dapat menjadi bahan untuk saya agar bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut pada ujian-ujian selanjutnya.
Selama duduk di bangku kelas 10, tidak ada hentinya berbagai kegiatan non-akademik yang diberikan kepada siswa kelas 10. Mulai dari kegiatan TO yang dilakukan di bulan Oktober, berlanjut ke kegiatan studi lapangan di akhir bulan Januari, hingga kegiatan akhir BINTAMA yang dilakukan sehabis ujian kenaikan kelas. Sehingga bagi beberapa siswa termasuk saya, dengan banyaknya kegiatan non-akademis tersebut telah menimbulkan beberapa gangguan dalam hal fokus terhadap kegiatan pembelajaran yang nyata di kelas.  Akan tetapi, di kelas 11 ini sekolah telah menyusun agenda non-akademis yang tidak terlalu sibuk bagi siswa kelas 11nya, sehingga diharapkan siswa-siswi kelas 11 dapat melanjutkan ke kelas 12 dengan hasil yang sempurna. Banyak komentar dari teman-teman seangkatan saya dan dari kakak-kakak kelas sebelumnya yang selalu menganggap bahwa kelas 11 ini adalah saatnya untuk bersantai ria, dan bebas melakukan apa saja yang kita mau. Bahasa gaulnya seperti ini “selo aja bro/coy, mumpung kelas 11 ini, kite bisa seneng-seneng dulu sebelum ntar kelas 12 sibuk buat UN ama SNMPTN”. Bagi guru-guru di Labsky dan juga orangtua murid, tentunya mereka akan sangat tidak senang ketika mengetahui dan mendengarkan komentar-komentar tersebut secara langsung. Akan tetapi komentar tersebut memang telah menimbulkan kontroversi tergantung dari sudut pandang kita melihatnya. Bagi saya, komentar tersebut memiliki sisi benarnya juga. Di mana ketika telah duduk di bangku kelas 12, maka seorang siswa akan digeber habis-habisan untuk mencapai target lulus UN dan juga lulus SNMPTN sehingga dapat diterima di universitas yang dicita-citakan. Oleh sebab itu, di sisa waktu sebelum naik ke kelas 12 itulah kita dapat memanfaatkan waktu luang kita untuk bersantai dan bebas melakukan kegiatan yang diinginkan. Sehingga nantinya dapat menciptakan suasana pikiran yang refresh ketika naik ke kelas 12 untuk dapat fokus dan siap menghadapi berbagai macam target dan tujuan kelulusan. Padahal kenyataanya, di kelas 11 IPA ini juga, guru-guru setiap mata pelajarannya tampak tidak peduli terhadap komentar-komentar seperti itu dengan selalu memberikan ulangan dan tugas harian yang harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Disitulah letak keburukan dari komentar tersebut, yang mengakibatkan beberapa siswa terjebak menjadi terbiasa dengan keadaan yang santai dan menjadi ‘kepepet’ ketika suatu tugas harus dikumpulkan pada deadlinenya. Terus terang, terkadang saya ‘termakan’ dan terbawa oleh komentar-komentar tersebut. Meskipun demikian, saya selalu berusaha untuk dapat selalu meyakinkan diri saya sendiri akan kesadaran terhadap kewajiban saya untuk selalu belajar dan berusaha yang semaksimal mungkin demi meraih hasil yang sebaik-baiknya pada prestasi akademik saya.
Semester 1 di kelas 11 IPA ini telah mencapai penghujungnya pada akhir bulan November 2010, bersamaan dengan berakhirnya pembelajaran semester 1, maka diadakan UAS semester 1 yang dilaksanakan di awal bulan Desember 2010. Dalam menghadapi UAS itu, berbagai macam persiapan telah saya lakukan. Bahkan tak jarang saya menghabiskan waktu selama 8 jam untuk mempelajari seluruh materi semester 1 dari mata pelajaran eksak seperti fisika, kimia, dan matematika, sehingga saya harus rela mengkorbankan waktu tidur saya menjadi lebih sebentar. Sebagai hasilnya, pengorbanan saya memang tidak sia-sia karena Alhamdulillah saya memperoleh hasil UAS yang sangat baik untuk setiap mata pelajaran eksak dibandingkan terhadap rata-rata nilai 1 angkatan kelas IPA. Bahkan ketika pembagian rapor semester 1 dilakukan, wali kelas saya berkata kepada ibu saya, bahwa nilai-nilai saya sangat tipis terhadap batas terendah untuk dapat dikategorikan masuk ke ranking 10 besar dimana ketika itu saya berada pada rangking 12. Meskipun demikian, tidak ada sedikit pun rasa kecewa dalam hati saya karena setidaknya saya membuktikan bahwa jika saya lebih berusaha lagi pastilah insyaallah saya dapat meraih hasil yang lebih baik lagi. Akan tetapi, tujuan dari saya belajar di kelas IPA dan juga sekolah ini bukanlah untuk mengejar rangking 1 di kelas dan di angkatan, tujuan saya yaitu untuk dapat selalu meraih hasil yang sebaik-baiknya dari setiap kesempatan dan pembelajaran, setelah saya berusaha mengeluarkan kemampuan dan potensi yang saya miliki dalam belajar semaksimal mungkin. Hasil pembelajaran di semester 1 ini saya jadikan sebagai bahan introspeksi diri untuk dapat mengenal kekurangan dan kelebihan saya sehingga kekurangan tersebut dapat diperbaiki dan kelebihan yang saya miliki dapat saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Kamis 6 Januari 2011, saya telah kembali bersekolah di awal semester 2 setelah liburan akhir semester 1. Sebenarnya awal pembelajaran semester 2 telah dimulai sejak hari Senin 3 Januari 2011, tetapi mengingat pada hari Senin itu saya baru tiba kembali di Jakarta setelah mengikuti kegiatan Homestay selama 2 minggu di Los Angeles, AS dan untuk menghilangkan rasa jet lag maka saya beristirahat di rumah selama 2 hari. Begitu saya telah kembali masuk sekolah saya tidak bisa terus-terusan merasa malas belajar dengan alasan liburnya kurang panjang. Akan tetapi, saya harus menghadapi kenyataan bahwa kini saya telah berada di semester 2 yang hanya memiliki waktu efektif belajar hingga akhir bulan Mei saja. Oleh sebab itu, saya harus langsung mengejar berbagai materi pelajaran yang telah saya lewatkan selama saya tidak masuk sekolah. Pada semester 2 ini guru-guru dan wali kelas semakin menekankan dan mendorong siswanya untuk semakin giat belajar dan menyelesaikan berbagai macam tugas pelajaran untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal pada rapor semester 2, sehingga bisa melanjutkan ke kelas 12.
Belajar dari pengalaman selama semester 1, maka di semester 2 ini saya harus merubah pola belajar saya. Di mana, saya tidak ingin mengulang kembali kejadian di semester 1 pada saat belajar untuk persiapan UAS yang sampai menyebabkan waktu tidur bagi saya menjadi sangat sedikit. Hal itu terjadi karena nilai-nilai ulangan harian dan tugas saya tidak terlalu maksimal sehingga untuk mendapatkan nilai rapor yang baik maka saya harus berjuang di UAS untuk memperoleh hasil yang maksimal sehingga nantinya di rapor saya akan mendapatkan hasil yang baik. Memang saya mengakui bahwa di semester 1 kelas 10 hingga semester 1 kelas 11 saya belum terlalu sadar dan memahami betul rumusan perhitungan nilai rapor. Sehingga saya selalu kesulitan begitu harus mempersiapkan diri menghadapi UAS dan UKK dengan hilangnya banyak waktu istirahat saya di rumah. Oleh sebab itu, di semester 2 saya lebih memfokuskan dan mempunyai target untuk memperoleh hasil yang semaksimal mungkin pada setiap ulangan dan tugas-tugas harian. Sehingga ketika harus menghadapi UKK, saya tidak harus terlalu bersusah payah belajar untuk mendapatkan nilai yang setinggi-tingginya, walaupun saya tetap mentargetkan hasil yang sebaik-baiknya.
Selama belajar di semester 2 ini banyak gejolak dan gangguan serta godaan yang berasal dari teman-teman saya. Di mana tidak jarang dari mereka yang mengatakan bahwa saya terlalu tidak santai ataupun ‘kerajinan’ karena selalu mengerjakan tugas harian dengan sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin. Serta tidak sedikit pula dari teman-teman saya yang mengatakan bahwa saya terlalu menganggap serius ketika mengerjakan suatu tugas yang dianggap mereka tidak penting karena bukan berasal dari mata pelajaran ciri khas IPA. Saya bersyukur bahwa saya tidak terpengaruh oleh komentar-komentar seperti itu. Karena saya selalu menghargai makna dari pribahasa “Anjing menggongong, kafilah berlalu”. Di mana bagi saya pribahasa tersebut memiliki makna yang sangat dalam untuk saya, yaitu janganlah terpancing oleh komentar-komentar orang lain terhadap diri kita tetapi kita harus tetap berusaha dan melakukan hal yang terbaik untuk diri kita masing-masing. Dalam mengerjakan tugas-tugas harian dan juga dalam menghadapi ulangan harian saya tidak peduli apakah tugas atau ulangan tersebut berasal dari mata pelajaran yang mereka anggap penting atau tidak penting. Bagi saya yang terpenting saya dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin pada nilai tugas dan ulangan harian sehingga ketika menghadapi UAS saya tidak perlu terlalu cemas.
Tanpa saya rasakan pembelajaran selama semester 2 di kelas 11 IPA 2 telah berakhir dengan cepatnya dan saya juga harus berpisah dengan teman-teman yang sudah belajar bersama satu kelas selama kurang lebih 1 tahun. Menjelang menghadapi UKK saya tetap melakukan persiapan sebagaimana seharusnya dengan belajar dan mereview seluruh materi pelajaran semester 2 dari mata pelajaran yang diujikan. Akan tetapi, saya dapat mengurangi porsi belajarnya karena nilai-nilai untuk melewati batas minimal KKM telah saya amankan dan dapatkan sebagai hasil dari nilai-nilai ulangan harian dan tugas yang baik. Meskipun demikian, saya selalu berusaha untuk tidak akan pernah meremehkan setiap ulangan ataupun tugas dari setiap mata pelajaran, baik mata pelajaran yang saya suka ataupun yang tidak saya sukai.
Akhirnya sampailah juga saya pada akhir pembelajaran di bangku kelas 11 IPA 2 dengan ditandai pembagian rapor semester 2 yang dilakukan pada hari Jumat 24 Juni 2011. Seperti sudah menjadi suatu tradisi bagi saya bahwa setiap kali diadakan pembagian rapor di sekolah, maka saya tidak akan pernah ikut mengambilnya bersama kedua orangtua saya. Sebaliknya saya lebih memilih untuk menunggu di rumah dan menunggu telepon dari ibu saya. Mungkin secara tidak langsung hal tersebut telah menjadi tradisi yang baik karena saya dapat langsung melakukan sujud syukur sebagai respon saya ketika ibu saya menelepon dan mengatakan bahwa saya telah naik kelas dengan hasil yang baik. Ketika ibu saya telah tiba di rumah kembali dan langsung memberikan rapor saya untuk dapat saya lihat, maka saya lebih terkejut lagi karena saya sangat tidak menyangka bahwa saya telah berada pada ranking 10 besar di kelas 11 IPA 2. Selama ini, saya tidak pernah berambisi untuk menjadi ranking 1 kelas atau 10 besar atau apapun, tetapi berkat ketulusan dan kegigihan serta keikhlasan saya dalam mengerjakan setiap tugas dan ulangan harian dari seluruh mata pelajaran, Alhamdulillah saya dapat masuk ranking 10 besar dan mendapatkan ranking 6 di kelas 11 IPA 2 untuk semester 2. Sepintas, mungkin terlihat bahwa saya telah mengalami perubahan dan perkembangan yang signifikan dalam hal ranking di kelas di mana pada semester 1 saya berada pada ranking 12 dan kini naik 6 angka menjadi ranking 6. Akan tetapi, bagi saya berapa pun rankingnya tidaklah penting, karena yang terpenting adalah bagaimana saya mau memperbaiki diri saya sendiri dari waktu ke waktu dengan tidak pernah menganggap remeh setiap tugas ataupun ulangan dari seluruh mata pelajaran dan juga memanfaatkan seluruh potensi yang ada pada diri saya, sehingga pada akhirnya Alhamdulillah saya dapat menuai hasil yang memuaskan.    
Keberhasilan saya selama di kelas 11 IPA 2 ini juga tidak lepas dari dukungan dan juga bimbingan dari kedua orangtua saya yang senantiasa menasehati saya, serta wali kelas saya bapak Yusuf Efendi, S.Pd, yang melalui bimbingan dan kebaikan beliau telah memudahkan saya untuk memahami setiap materi pelajaran kimia yang diajarkannya. Sehingga Alhamdulillah, beban pelajaran kimia yang saya anggap berat di kelas 10 dapat dikurangi secara signifikan di kelas 11 ini berkat jasa beliau. Selama saya bersekolah 2 tahun di Labsky, berbagai macam suka-dukanya telah saya alami. Mulai dari pembotakan rambut sebanyak 3 kali ketika MOS, TO, dan BINTAMA, menemukan beberapa kesulitan dalam memahami materi dari beberapa mata pelajaran, hingga kesedihan karena hanya mengikuti lomba peringatan HUT-RI yang pertama dan yang terakhir selama di SMA serta duka yang lainnya. Disamping duka yang saya rasakan, tentu masih banyak rasa suka yang saya rasakan. Saya merasa tidak salah memilih untuk bersekolah di Labsky. Selama 2 tahun ini saja, saya telah menemukan dan mendapatkan banyak pelajaran berharga baik pelajaran dalam dunia akademik maupun pelajaran mengenai kehidupan yang bermanfaat bagi saya di masa depan. Salah satunya yang insyaallah akan selalu saya terapkan dalam diri saya, yaitu untuk tidak pernah menganggap remeh suatu pekerjaan, baik yang saya sukai maupun yang tidak saya sukai. Karena saya selalu percaya dibalik setiap kejadian pasti ada maksud dan tujuan yang baik dari Allah SWT untuk kita.  
Demikian autobiografi tentang kehidupan saya beserta suka-dukanya selama 2 tahun bersekolah di Labsky. Bagi sebagian orang mungkin cerita di atas dianggap terlalu panjang dan telah menimbulkan beberapa kontroversi, tetapi saya hanya menulis berdasarkan fakta yang saya alami dan temui selama perjalanan belajar saya 2 tahun di Labsky. Adapun cerita di atas hanyalah sepenggal cerita dari seluruh rangkaian peristiwa yang telah saya alami selama 2 tahun di Labsky. “Tak ada gading yang tak retak, tidak ada manusia yang sempurna”, mohon maaf apabila tulisan di atas telah menyinggung perasaan sebagian orang, dan juga apabila telah terjadi kesalahan dalam berbagai penulisan. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan.
Terima Kasih.                  
Lomba tarik tambang yang pertama dan terakhir bagi saya dan teman-teman angkatan 9 selama di Labsky
Saya pada saat mengikuti apel pembukaan Pra-TO sebagai ketua kelompok 25
Saya bersama kelompok 25, kakak PDP beserta keluarga angkat pada saat perpisahan  hari  Senin 26 Oktober 2009
Berperan sebagai jaksa bersama Adi Nugroho (kiri) dan Juang Gibran (kanan) pada Career Day
8 Januari 2010
Foto bareng teman-teman pada hari terakhir bersama di kelas 11 IPA 2


Tuesday 9 August 2011

Pengalaman seorang Daviatri Apsariputri di SMA Labschool Kebayoran


29019. Itu adalah nomor yang saya lihat di depan sekolah SMA Labschool Kebayoran pada awal April tahun 2009. Nomor ujian saya. Saya telah berhasil masuk salah satu SMA yang telah saya minati dari dahulu. Sebagai siswi SMP Labschool Kebayoran, saya sering mengamati siswi-siswi SMA Labschool Kebayoran pada saat itu dan saya sangat iri dengan mereka, karena mereka sepertinya jauh lebih bebas dari murid-murid SMP, yang harus masuk sekolah tepat waktu jam 7, yang harus memakai kerudung, yang harus selalu berteriak-berteriak semboyan Labschool setiap saat....bukannya saya menganggap hal-hal seperti itu adalah hal yang buruk, namun sepertinya anak SMA jauh lebih dianggap dewasa dan di beri kebebasan dan kepercayaan lebih. Alasan-alasan seperti itulah yang menyebabkan saya dan teman-teman saya ingin cepat-cepat beranjak SMA.

Bulan-bulan pun berlalu, saya pun akhirnya lulus Ujian Akhir Nasional yang di selenggarakan oleh pemerintah dan mendapat hasil yang lumayan memuaskan. Tadinya, saya ingin memasukan nilai saya ke SMA 8 atau 70, karena SMA-SMA tersebut merupakan SMA unggulan dan saya sangat tertarik untuk masuk SMA negeri. Namun beberapa alasan seperti jadwal liburan, dan ternyata orangtua saya sudah membayar untuk masuk SMA Labschool Kebayoran, menggagalkan rencana untuk masuk SMA 8 dan 70.

Setelah libur yang lumayan panjang, hari pertama sekolah pun tiba. Pra-Masa Orientasi Sekolah. Pramos. Saya pun sebenarnya tidak siap untuk mengambil langkah yang besar ini, masuk SMA, namun saya selalu ada teman-teman saya dan keluarga saya yang mendukung. Jujur saya deg-degan. Saya sedikit takut akan kakak kelasnya, namun lebih takut lagi karena saya tidak tahu apa saja kah akan yang saya hadapi. Untungnya, banyak sekali teman-teman saya yang masuk SMA Labschool Kebayoran juga, jadi istilahnya kami disini semuanya bersama-sama lah.

Pada hari Pra-Mos tersebut saya melihat banyak sekali wajah-wajah baru. Teman-teman baru, kakak-kakak kelas baru, dan tentunya guru-guru baru. Kami pun di beri banyak sekali kewajiban untuk MOS, seperti membawa makanan yang aneh-aneh, membuat nametag yang susah, foto MOS yang juga tidak kalah susah, membeli jepit-jepitan untuk rambut, banyak deh!

Masa-masa MOS pun berjalan dengan sangat lambat, anehnya. Banyak sekali materi yang harus saya dengarkan, dan saya itu orangnya sangat mudah mengantuk, jadi saya sangat berusaha untuk tetap terbangun. Saat mendengarkan materi-materi yang membosankan ini, saya pun berkenalan dengan sekarang salah satu sahabat dekat saya, Adinda Sari Putri Nawawi. Ia adalah teman sekelompok saya saat MOS. Kami berasal dari SMP yang berbeda, dan ternyata kami mempunyai kesamaan yang lumayan banyak.

Setelah MOS pun berlalu, saya masuk ke kelas XA, dan anehnya saya sekelas dengan dua sahabat saya yang sangat dekat, Diandra Atyaparamita dan Sabrina Tatya Aprisasuri (dan saya pun lanjut sekelas dengan Sabrina yang akrab dipanggil Sabby untuk 3 tahun ke depan). Saya berpikir saya akan dipisah dengan mereka karena kami sangat dekat saat SMP. Saya juga berkenalan dengan teman baru, namanya Arindra Previanti dan ia berasal dari SMP Al Ikhlas. Kami berempat pun menjadi teman yang sangat dekat.

Di kelas X ini saya pun belajar banyak sekali pelajaran baru, seperti kimia contohnya dan sosiologi. Pelajaran-pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pun sangat saya nikmati, namun saya mengalami nilai-nilai rendah di pelajaran-pelajaran tersebut (apalagi kimia). Saya juga sangat suka belajar IPS, apalagi sosiologi karena gurunya sangat baik. Saya juga sangat suka pelajaran kewarganegaraan saat kelas X, karena gurunya sangat baik-baik.

Teman-teman sekelas saya seru-seru sekali. Beberapa teman lama dan teman baru yang saya dekat tahun ini adalah Levina Aurellia, Nabila Berlianty, Nadhia Aleidha, Sandrina Denira, Meuthia Sylviana, Zarina Martha, dan masih banyak sekali yang lainnya yang merupakan teman akrab juga. Teman saya yang masuk SMA 70 pun akhirnya masuk SMA Labschool Kebayoran, yaitu Tatuka Nurrachman.

Kelas X ini bisa dibilang tahun tersibuk saya di SMA Labschool Kebayoran. Banyak sekali program-program sekolah yang harus saya ikuti sepanjang tahun ini. Saya pun juga harus memilih ekskul untuk dijalani dan saya memilih untuk ikut ekskul modern dance (atau di Labschool Kebayoran, group modern dance ini lebih sering disebut DAZZLING)  dan saya juga jadi salah satu manager untuk teman-teman saya yang mengikuti ekskul bola. Untuk memasuki ekskul modern dance ini tidak gampang, saya harus melakukan audisi di depan satu sekolah, sendiri, sepanjang 3 menit. Saya sangat malu namun entah kenapa saya berhasil melewati 3 menit tersebut dan sampai sekarang pun saya tetap aktif di ekskul modern dance ini (sejauh ini, di modern dance saya dan teman-teman saya telah mengukir beberapa prestasi, beberapa contohnya adalah juara 3 di TARQ CUP 2010, juara 2 di SKYBATTLE 2011, juara 2 di BEEVOLUTION 2011 dan juara 2 di BRI CUP 2011).

Salah satu program sekolah yang harus saya ikuti pada kelas X adalah Pra-Trip Observasi dan Trip Observasi. Jujur saja, Pra-Trip Observasi sangat menyiksa saya. Pra-Trip Observasi sangat menyita waktu dan energi karena pada program ini kami harus mengecat tongkat sesuai desain yang telah kakak-kakak OSIS bikin, dan kami harus membuat nametag juga sesuai dengan desain yang telah kakak-kakak OSIS bikin juga. Kami juga diberi banyak sekali panggilan-panggilan yang selalu dipanggil-panggil (dan panggilan-panggilan ini sangatlah menghibur) dan kami juga disuruh untuk lari pagi setiap hari ke rute yang sangat panjang dan meletihkan. Kami juga di suruh latihan argumen dengan kakak OSIS dan banyak sekali drama yang terjadi di Pra TO.

Kalau Trip Observasi, itu beda cerita. Trip Observasi sangatlah seru. Kami semua dikirim ke sebuah desa di Jawa Barat yang bernama desa Pasir Muncang, dan di desa itu pun kami di tugaskan untuk meneliti beberapa topik karya tulis, dan juga membantu petani-petani di desa tersebut berkerja (program membantu pekerja desa ini kalau tidak salah disebut PKD atau Peduli Kehidupan Desa). Di Trip Observasi ini saya berkenalan dengan suasana yang baru, yaitu suasana yang sangat berbeda dengan suasana kota Jakarta. Suasana kota yang bersih dan rindang dan sangat asri ini membuat saya dan teman-teman saya susah untuk rela pergi dari tempat yang sangat indah ini. 5 hari yang berlalu itu terasa sangat cepat.

Program sekolah lainnya yang harus saya ikuti pada kelas X adalah BINTAMA. Program ini adalah (jujur saja) program sekolah yang sangat saya tidak gemari, namun saya menjalankan dengan sepenuh hati. Bintama ini sendiri adalah program untuk membina mental siswa, banyak sekali kegiatan-kegiatan militer (maklum, kami menginap selama 5 malam di markas angkatan darat), seperti PBB dan outbond yang harus kami jalani. Kami juga menjalani jerit malam yang menurut saya sangat seram, dan pada malam itu pun kaki saya terkilir dan terasa sangat sakit sekali. Namun secara keseluruhan banyak sekali pelajaran yang saya bisa terapkan di kehidupan sehari-hari yang saya pelajari di Bintama ini, dan banyak sekali kenangan kenangan yang saya ingat terus sampai sekarang di program Bintama ini.

Program sekolah lain yang saya harus jalani saat saya di SMA Labschool Kebayoran adalah program Lapinsi dan program TPO. Saya dulu termasuk salah satu murid yang ingin menjadi pengurus OSIS, tepatnya seksi kesenian. Saya mengikuti program Lapinsi yang dijalankan di sekolah, dan juga mengikuti Tes Potensi Organisasi yang dilaksanakan di sekolah juga. Saya pun berusaha sangat keras di Tes Potensi Organisasi dan pada akhirnya saya pun juga di terima di Tes Potensi Organisasi dan saya di terima untuk menjadi salah satu pengurus OSIS. Setelah di terima menjadi salah satu pengurus OSIS saya pun mengikuti tes kesenian yang tes nya sangat....tidak bisa di deskripsikan dengan kata-kata. Akhirnya saya pun di terima menjadi salah satu seksi kesenian di OSIS, tepatnya kesenian 2.

Saat kelas X pun kami menjalankan studi wisata ke Bandung. Di Bandung ini kami mengunjungi berbagai macam tempat, contohnya museum geologi dan pusat pemandian air panas di Ciater. Di Bandung ini kami juga menginap di wisma yang sedikit seram, namun pengalamannya tidak terlupakan karena kami menjalani studi wisata yang singkat ini dengan sangat gembira.

Setelah satu tahun yang meletihkan ini, saya pun naik kelas ke kelas XI dan alhamdulillah nilai saya bisa masuk ke dua jurusan, yaitu IPA dan IPS namun saya memilih untuk masuk ke jurusan IPA. Setelah liburan yang singkat (libur Labschool selalu singkat) saya kembali masuk sekolah dan memasuki kelas saya yang baru yaitu IPA 3. Di kelas ini saya sangat senang karena teman-temannya sangat baik, beberapa di antaranya adalah Astidira Apti, Adinda Nawawi, Nabel Ihsan Muhammad, Alya Rahmania, Hanifan Fajar, M. Nashir, Dimas Ismail, Adisti M., dan tentunya..........Sabrina Tatya Aprisasuri. Lagi. Masih banyak sekali teman-teman saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Awal kelas XI ini diisi oleh persiapan untuk menjadi OSIS. Sebagai seksi kesenian, saya dan teman-teman saya di seksi ini harus membuat lambang-lambang OSIS, nametag TO, ketentuan-ketentuan TO, dan masih banyak lagi. Kami juga mempersiapkan untuk membantu kakak-kakak Hastara menjalankan program Sky Avenue mereka. Setelah Sky Avenue itu pun kami menjalankan lari Lintas Juang, yaitu lari sejauh 17 km dari Taman Pemakaman Kalibata sampai sekolah kami (SMA Labschool Kebayoran). Lari ini melambangkan perjuangan kami untuk menjadi pengurus OSIS.

Setelah itu pun berjalan hari-hari seperti biasa, belajar di kelas, main di kelas, dan lain lain. Setelah lari lintas juang itupun kami dilantik pada tanggaal 17 Agustus 2011. Tugas pertama kami adalah  untuk membimbing adik-adik angkatan 10 untuk menjalankan TO, Pra-TO, Lapinsi, Bintama, dan program-program lain yang telah saya lewati pada saat kelas X. Namun bedanya dengan tahun lalu, tahun ini angkatan saya bertanggung jawab untuk menjalankan proker-proker yang besar di SMA Labschool Kebayoran yaitu Sky Avenue dan Sky Battle.

Sky Battle di selenggarakan lebih dulu daripada Sky Avenue. Sky Battle adalah cup yang di selenggarakan antar sekolah untuk membangun kompetisi antara sekolah dan membina silahturahmi dengan sekolah lain. Di Sky Battle ini saya menjadi koordinator pertandingan Cheerleading, dan alhamdulillah sebanyak 9 peserta mengajukan diri untuk mengikuti program Cheerleading di Sky Battle ini, dan dimenangkan oleh SMA 31. Saya juga ikut sebagai peserta di cabang modern dance bersama ketiga teman saya, Diandra Atyaparamita, Adella Maulana dan Dian Damaningtyas, dan senangnya, kami bisa mengukir prestasi dan meraih juara 2. Kami juga (seluruh Dazzling) menari di acara penutupan Sky Battle berpura-pura menjadi detektif.

Sky Avenue juga terlaksana pada akhir Juli. Sky Avenue tersebut sendiri adalah sebuah pertunjukan pentas seni yang dibuka untuk umum, dan pada Sky Avenue tahun ini kami mengundang banyak sekali artis seperti SHEILA ON 7, GUGUN BLUES SHELTER, WHITE SHOES AND THE COUPLES COMPANY, dan juga THE SIGIT. Banyak sekali pertunjukan dari anak-anak Labschool juga seperti Dazzling, Lamuru dan Aruna Chandrika. Banyak sekali band-band featuring yang lolos juga dan banyak sekali band audisi dan dance audisi yang lolos juga. Ketua panitia dari acara ini adalah teman saya Safira Ramadhani.

Salah satu yang paling berkesan di kelas 11 adalah program Skylite 2011. Skylite 2011 itu adalah drama musikal yang diselenggarakan di Usmar Ismail Hall untuk menggalang dana untuk Sky Avenue. Saya diberi kesempatan oleh yang lain untuk membina dan membimbing program ini, namun saya akhirnya malah bersenang-senang dengan teman-teman Nawastra dan Daswira dan juga Kak Nurul, Kak Gadis, Kak Jodhi, Kak Rachman, Kak Nada yang juga berpartisipasi di program ini. Skylite 2011 ini sangatlah seru, meskipun saya dan teman-teman saya bercapek-capek untuk 4 bulan, namun hasilnya sepadan, kami bisa memberikan penampilan yang sangat bagus, dan kami bisa menghasilkan uang untuk Sky Avenue.

Sekarang, saya duduk di kelas 12. Tahun depan Insyaaallah saya akan masuk kuliah dan tidak lagi bersekolah di SMA Labschool Kebayoran. SMA Labschool Kebayoran telah memberikan dampak yang sangat banyak bagi diri saya. Saya belajar untuk menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, saya belajar untuk berorganisasi, saya bertemu dan berteman dengan teman-teman baru. SMA Labschool Kebayoran telah memberikan banyak sekali memori untuk di kenang. Saya sangat bersyukur sempat sekolah di SMA ini. Saya sangat senang. Terima kasih SMA Labschool Kebayoran telah mengubah hidup saya!


tampil di closing SKY BATTLE 2010


Lalinju 2011 bersama penerus seksi kesenian


2009, saat kelas X bersama Andra


studi lapangan di Bandung


penampilan Dazzling pertama di sekolah, 2009


SKYLITE 2011 bersama kedua pemeran utama


penampilan di Sky Avenue 2010


penampilan di SkyBattle 2011


mengikuti cup sekolah lain.