Sunday 11 September 2011

Dua Tahun di Labsky, Autobiografi Diannisa

Diannisa tahun 2009-2010
Ketika pertama memasuki SMA Labschool Kebayoran, Diannisa merasa seperti mendapat kesempatan memulai awal yang baru. Banyak teman-teman yang belum ia kenal, lingkungan yang ternyata tidak seutuhnya sama dengan SMP Labschool Kebayoran, dan program-program baru di sekolah. Diannisa ingin melalui tahun-tahun SMA yang produktif dan berprestasi di sekolah. Ia tahu bahwa tidak lama lagi ia akan menghadapi dunia perkuliahan, dan ia ingin memiliki curriculum vitae yang mendukungnya mendapatkan hal-hal yang ia inginkan. Tak heran jika pada awalnya, semua kegiatan yang bisa ia coba, berusaha ia ikuti. Walaupun tidak semua berhasil dilanjutkan, ia tetap melanjutkan dua kegiatan non-akademis di sekolah. Ekstrakurikuler Palabsky atau pecinta alam, dan Dazzling atau modern dance.

Pengalaman menari Diannisa sudah dijalani sejak SMP, baik tari tradisional maupun modern. Maka tak heran jika pada saat SMA, ia melanjutkan kegiatan yang sudah pernah dijalaninya. Terlebih lagi, teman-teman satu timnya pada saat SMP semua melanjutkan ikut Dazzling ketika SMA. Sedangkan untuk Palabsky, pengalaman Diannisa sesungguhnya 0 dalam kegiatan ini. Namun ada ketertarikan tersendiri, dan juga karena diajak oleh sahabatnya, maka ia  melanjutkan menekuni kegiatan ini. Memang aneh sebenarnya, dua kegiatan yang tidak singkron jika dipikir-pikir. Tapi kalau memang suka keduanya, kenapa tidak?

Dulu ketika SMP, mengambil ekstrakurikuler lebih dari 1 bukan merupakan beban untuk sekolah. Beda hal ternyata dengan SMA, pelajaran ternyata terasa lebih berat. Sering diantara teman-teman Diannisa, terlontar kata-kata begini “Dulu waktu SD, dapet nilai 9 mudah, waktu SMP dapet nilai 8 mudah, sekarang SMA dapet  7 sudah alhamdulillah”.  Pelajaran ketika kelas 10 banyak, dan harus bisa mendapat nilai yang bagus terutama untuk eksak IPA, karena Diannisa ingin memasuki jurusan IPA demi mengejar cita-citanya menjadi dokter. Terasa sekali ketika kelas 10, semua guru mengumbar-umbarkan betapa mudahnya masuk IPA dengan rumus akumulasi nilai yang diterapkan sekarang. Tapi tetap saja, mempertahankan nilai IPA harus diatas 70 bukan hal yang mudah, terutama di SMA Labschool Kebayoran.

Ternyata kegiatan di kelas 10 tidak berakhir disitu, pada semester 2, pemilihan OSIS dimulai. Dari semester 1, sudah pernah terlintas dipikiran Diannisa untuk mencoba hal baru saat SMA. Kalau waktu SMP aku menjadi Bendahara Umum, kenapa tidak coba jadi Ketua Umum sekarang. Namun pemikiran itu terkalahkan oleh rasa tidak percaya diri, sehingga sempat terlupakan. Diannisa berpikir ingin menjadi Ketua Bidang atau Seksi Olahraga, akan tetapi pikiran itupun belum berani ia katakan ke teman-temannya.
Pada bulan Februari, ternyata Diannisa diberikan amanah menjadi Ketua Angkatan di Palabsky. Pada awalnya memang tidak menduga akan diberikan posisi tersebut, tapi ketika sudah diberikan, harus dijalankan dengan benar tentunya.  Alhamdulillah pikir Diannisa, ternyata perjalanannya di Palabsky terbukti bukan sekedar ikut-ikutan saja walaupun ia satu-satunya personil di angkatannya yang juga mengikuti modern dance. Diannisa dalam tim Dazzling juga berhasil meraih juara ke 3 di Tarakanita Cup pada beberapa bulan sebelumnya. Senang sekali bahwa dua kegiatan yang ditekuninya tidak sia-sia.

Ketika masa pemilihan OSIS dimulai, Diannisa mulai bingung, jabatan apa yang sebenarnya ia inginkan. Walau terlintas ingin menjadi Ketua Bidang, Diannisa tahu bahwa jabatan sebagai wakil itu pasti akan banyak sekali peminatnya. Dan terkadang terkesan safe, ingin menjadi pimpinan tapi tidak berani mengambil tanggung jawab tertinggi. Kesan itu hanya muncul pada masa-masa pemilihan OSIS tentunya, dalam kenyataannya menjadi pimpinan yang tertinggi maupun tidak tetap merupakan tanggung jawab yang besar. Akhirnya semalam sebelum Lapinsi (salah satu rangkaian dari pemilihan OSIS), Diannisa memberanikan diri. Fakta bahwa posisi Ketua Angkatan Palabsky sepertinya banyak mempengaruhi percaya diri Diannisa kepada pihak luar. Ia memutuskan untuk menulis ingin menjadi Ketua Umum Osis pada nametag-nya. Diannisa berpikir, ia ingin meyakinkan orang-orang bahwa ia bisa menjadi seorang pimpinan, dan dengan mengatakan bahwa ia ingin menjadi Ketua Umum, merupakan salah satu cara untuk meyakinkan massa.

Akhirnya Diannisa melalui rangkaian pemilihan OSIS, dari Lapinsi atau kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa, TPO atau Tes Potensi Organisasi, Bintama atau Bina Mental Kepemimpinan Siswa, dan Pemilos atau Pemilihan Ketua Umum OSIS. Sebagai salah satu kandidat Ketua Osis, Diannisa selalu berusaha menyiapkan materi untuk rangkaian kegiatan pemilihan OSIS dengan sebaik-baiknya.  Mempersiapkan makalah dengan matang dan mempersiapkan visi-misi serta kemampuan debat.

Kemampuan verbal Diannisa berkembang selama SMA, lagi-lagi dikarenakan percaya dirinya yang meningkat dikarenakan posisinya sebagai Ketua Angkatan Palabsky dan karena kemampuan berdebatnya dilatih saat mengikuti tim debat sekolah. Tim debat yang biasanya menggunakan bahasa Inggris merupakan salah satu kegiatan yang tidak terdaftar sebagai ekstrakurikuler maupun komunitas yang diikuti Diannisa. Walaupun masih sangat amatir, terasa sekali daya tarik saat melakukan debat. Adrenalin yang dipacu karena harus mempersiapkan sebuah pidato singkat dengan materi yang harus kita argumentasikan secara mendadak, dengan waktu yang relatif sebentar. Terlebih lagi menggunakan bahasa Inggris. Diannisa sudah beberapa kali mengikuti lomba debat namun belum pernah memenangkan suatu kompetisi. Pernah memenangkan peringkat 4, dan itu sangat mengesalkan sekali baginya karena tidak terhitung juara.

Pengalaman dalam lomba debat sangat membantu Diannisa dalam Pemilihan Ketua Umum Osis. Meyakinkan massa dalam debat caketum merupakan salah satu poin vital dalam Pemilihan Ketua Umum Osis. Akhirnya ketika hari penghitungan suara datang, Diannisa senang sekali mendapat suara ke-2 terbanyak. Ternyata ada orang-orang yang mau memilih Diannisa, dan lumayan banyak pula. Akhirnya ketua Osis terpilih yaitu Nabel, memilih Diannisa menjadi salah satu Ketua Bidang atau sejajar dengan Wakil Ketua. Senang sekali bisa mendapat jabatan yang diinginkan yakni Ketua Bidang 1. Alhamdulillah.

Kesenangan tidak hanya sampai disitu, diakhir kelas 10, Diannisa ternyata berhasil masuk jurusan IPA seperti yang diinginkan. Bahkan tanpa diduga berhasil merndapat peringkat 2 di kelas. Alhamdulillah. Kelas 10 ditutup dengan liburan dalam kegiatan bersama Palabsky yakni mendaki gunung Kerinci (3805 mdpl), gunung berapi tertinggi di Indonesia. Pada tanggal 4 Juli 2010, Diannisa mencapai puncak gunung tertingginya. Syukur Alhamdulillah, semua kegiatan yang dijalani selama kelas 10 berakhir sukses.



Diannisa 2010-2011
Kini Diannisa memasuki sekolah sebagai seorang Capsis atau Calon Pengurus Osis. Membantu kakak-kakak Osis membimbing adik kelas baru yang akan melalui Masa Orientasi Siswa. Waktu terasa cepat sekali, tiba-tiba Diannisa mendapati dirinya sudah mengenakan jas abu-abu dengan talkom merah. Program kerja demi program kerja dilalui. Dimulai dari Sahur on the Spot, Pesantren, Lampion, dan masih banyak lagi.  Diannisa belajar cara mengorganisir suatu kegiatan dan membantu seksi-seksi yang berada dibawahnya dalam kinerjanya. Trip Observasi merupakan salah satu kenangan Diannisa sebagai Osis yang sangat menyenangkan. Ternyata terasa begitu berbeda melaluinya sebagai seorang peserta dan seorang Osis, namun dua-duanya tetap menyenangkan. 

Pelajaran ketika kelas 11 ternyata semakin berat dibandingkan kelas 10, jumlah pelajarannya memang berkurang karena sudah tepisah mata pelajaran sosial dan sains, namun pelajaran eksak IPA menjadi tambah sulit.  Terlebih lagi kelas 11 yang sangat ramai akan kegiatan non akademik membuat Diannisa sering keluar dari pelajaran.  Setelah beberapa lama terasa pelajaran semakin berat, Diannisa mencari guru privat yang membantu belajar bila akan ulangan.  Namun tetap saja, prinsipnya sama seperti kelas 10, “Waktu SD, dapet nilai 9 mudah, waktu SMP dapet nilai 8 mudah, sekarang SMA dapet  7 sudah alhamdulillah”. 

Kelas 11 memang masa yang enak dan dibebaskan. Terlebih lagi teman-teman di kelas kebanyak Osis dan MPK, jadi kesibukan organisasi kita lewati bersama, dan pelajaran yang terlewatkan juga terlewatkan bersama. Untungnya Diannisa teman-teman di kelas bukan tipe yang melepas pelajaran begitu saja, tetap berusaha belajar walaupun tertinggal kelas. Beban kesibukan organisasi bagi Diannisa bukan hanya dari Osis, namun dari kegiatan Palabsky-nya juga. Justru kegiatan di Palabsky tersebut membutuhkan perhatian lebih banyak, dikarenakan personil yang lebih sedikit dibanding Osis. Pembagian waktu dan fokus terhadap tiga hal tersebut membuat Diannisa merelakan kegiatan modern dance-nya selama kelas 11. Diannisa hanya tampil pada lomba di awal kelas 11 saja dan tampil kembali di program kerja Osis Sky Battle 2011.

Menyeimbangkan semua kegiatan Diannisa membuatnya sering pulang malam dari sekolah. Namun itu bukan masalah, orang tua dan kakak Diannisa tahu betul kegiatan Diannisa yang sibuk dan tidak pernah mempermasalahkan. Keluarga Diannisa juga keluarga yang semuanya aktif berkegiatan, jadi tidak heran kalau Diannisa juga bersikap demikian. Berangkat pagi dan pulang malam bukan hal yang janggal dalam keseharian. Orang tua Diannisa juga tidak pernah mempermasalahkan nilai, yang mempermasalahkan nilai justru Diannisa sendiri. Untungnya nilai Diannisa tidak pernah turun drastis.

Ditengah kesibukannya, Diannisa selalu berusaha tetap mengikuti kegiatan lain yang bisa ia ikuti. Ia bersama temannya yakni Tika dan Tama, mengikuti Young Green Leaders Camp 2011 dan berhasil memenangkan juara 3 dalam lombanya.  Mereka membuat sebuah proyek yang bertujuan untuk lingkungan, yakni membuat sebuah sabun yang lebih eco-friendly dari bahan dasal buah lerak. Selain itu Diannisa mengikuti Asean Youth Congress 2011 di Jakarta dan Asean Youth Congress Camp 2011 di Bogor. Meski peserta dalam kegiatan Asean Youth Congress relatif anak kuliahan semua, Diannisa tetap berusaha bergabung walaupun sebenarnya sangat pemalu dan tidak tahu bagaimana harus berinterkasi akrab dengan mereka, sebab ketertarikan mereka untuk networking pasti tidak tercapai bila melakukannya dengan anak SMA, pikir Diannisa.

Di akhir semester ke 2 kelas 11, Diannisa meminta maaf kepada Ibu nya, sebab ia yakin tidak akan mendapat peringkat karena keseriusannya dalam belajar yang kurang. Ibunya selalu hanya tertawa. Diannisa mengalami penurunan dari peringkat 2 pada kelas 10 semester 2, menjadi peringkat 8 pada kelas 11 semester 1. Ia pikir pada semester 2 pasti ia tidak akan masuk 10 besar. Namun, tanpa disangka Diannisa masih diberi kesempatan, sehingga menjadi peringkat 9 di kelas. Alhamdulillah. Memang grafiknya menurun, tapi fakta bahwa masih termasuk peringkat 10 besar cukup membuatnya bahagia. Orang tua dan nenek kakek Diannisa pun cukup pengertian bahwa Diannisa memiliki banyak kegiatan dan sulit mempertahankan nilainya. Mereka berpesan bahwa pada kelas 12 harus serius belajar sehingga dapat masuk jurusan dan kuliah yang diinginkan. Mudah-mudahan Diannisa bisa diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Amiiin

Kelas 11 ditutup dengan perjalanan ke Lombok bersama sahabat-sahabatnya dari Palabsky untuk mendaki Gunung Rinjani (3726 mdpl), yakni gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia. Diannisa selaku ketua kegiatan ini bersyukur bahwa semua berjalan sukses dan lancar.

Diannisa bersama Dazzling saat Sky Battle 2010

Diannisa, Tama, dan Tika, saat meraih juara 3 Young Green Leaders bersama kakak pendamping kak Citra

Diannisa bersama Danti dan Denira dalam perjalanan mendaki Gunung Rinjani

Diannisa bersama Trium Virate Osis-MPK angkatan 9

Diannisa bersama teman2 dari Palabsky

No comments:

Post a Comment