Sunday 11 September 2011

Bahasa Indonesia semester 6

Mendengarkan

Mengajukan saran perbaikan tentang informasi yang disampaikan secara langsung
Dalam menyampaikan saran perbaikan terhadap informasi yang disampaikan secara langsung, saran dapat mengacu terhadap informasi yang disampaikan atau cara penyampaian informasi tersebut. Saran mengenai informasi yang disampaikan dapat didasarkan kepada 5W1H dalam informasi tersebut. Sedangkan untuk penyampaiannya, berikut adalah beberapa contoh sebagai panduan dalam menyampaikan saran perbaikan:
1.    Bagaimana bahasa yang dipakai?
2.    Apakah kalimat yang dipakai runtut?
3.    Lancarkanlah saat menyampaikan informasi?
4.    Monotonkah cara penyampaiannya?

Pada saat berada dalam diskusi, ada beberapa kiat untuk mengajukan pertanyaan yang baik antara lain:
1.    Ajukanlah pertanyaan dengan santun, tidak usah meledak-ledak dengan nada tinggi
2.    Kemukakanlah pertanyaan satu per satu, bergantian dengan pertanyaan dari peserta lain
3.    Pertanyaan yang sudah diajukan peserta lain tidak usah diajukan kembali, kecuali jika kamu ingin memita penjelasan lebih lanjut
4.    Sebelum pertanyaan diajukan, pikirkanlah terlebih dahulu isi program yang ditawarkan, apakah isi program tersebut bermanfaat, program kegiatannya logis, tidak bersifat hura-hura, tujuan kegiatan jelas, waktu dan tempat pelaksanaan tepat, serta anggaran yang tersedia mencukupi.

Mengajukan saran perbaikan tentang informasi yang disampaikan melalui radio/televisi
Pokok-pokok informasi berita dapat dilacak menggunakan pola 5 W + 1 H atau “apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana”. Lebih lengkapnya yaitu apa yang diberitakan atau dilaporkan, siapa orang yang melaporkan atau dilaporkan, kapan peristiwa terjadi, dimana terjadinya, mengapa bisa terjadi, dan bagaimana tindak lanjutnya atau bagaimama kejadian selanjutnya. Tentunya pertanyaan-pertanyaan ersebut tentatif dengan isi informasinya.

Dalam penyampaian informasi di radio/televisi, kita harus bisa membedakan antara kalimat fakta dan kalimat opini. Fakta adalah tulisan (data) yang bertujuan memberikan atau menginformasikan sesuatu kepada pembaca. Biasanya didukung oleh informasi yang akurat yang dapat dibuktikan keberadaan dan kebenarannya. Sedangkan opini adalah informasi yang berupa gagasan dan tanggapan dari penulis.

Berita yang baik dapat dilihat dari beberapa hal berikut:
1.    Baru
2.    Berdekatan dengan pendengar/pembaca berita
3.    Penting. Kriterianya adalah memnuhi tingkat keluasan, kehebatan, atau kemenonjolan peristiwa
4.    Konflik, yaitu peristiwa/kejadian yang mengandung konflik adalah situasi ramatik dan penuh misteri sehingga seseorang inging mengetahui akhir dari peristiwa yang diberitakan
5.    Nama tokoh, maksudnya peristiwa yang diberitakan melibatkan orang-orang terkenal atau ternama atau pejabat merupakan berita yang menarik
6.    Variasi, kejadian/peristiwa yang luar biasa, aneh, belum pernah terjadi sebelumnya, tidak terjadi setiap hari, dan tidak akan munhkin terjadi lagi menjadi daya tarik tersendiri

Untuk memberikan tanggapan atas isi berita atau laporan perhatikanlah hal-hal berikut:
1.    Catatlah waktu dan sumber data
2.    Catat dan tulislah ide-ide pokok beritanya
3.    Sertakan beberapa fakta dan opini yang ada dalam berita itu
4.    Berikanlah tanggapanmu atas berita itu

Berbicara
Mempresentasikan program kegiatan/proposal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, program adalah rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.
Berikut beberapa kiat cerdas dalam menyampaikan program kegiatan:
1.    Sampaikan program-program kegiatan yang menarik minat banyak orang terlebih dahulu. Program yang kurang menarik sebaiknya dihindari.
2.    Sampaikanlah rencana kamu untuk merealisasikan program tersebut. Kamu dapt menyebutkan waktu dan tempat program tersebut akan dilaksanakan
3.    Jangan menyampaikan janji-janji yang tidak dapat diwujudkan. Oleh karena itu, buatlah program yang realistis dan dapat diterima akal sehat.
4.    Pergunakan gaya bahasa dan kalimat-kalimat yang memikat agar teman kamu berminat mendengarkan uraian kamu.

Akan lebih baik bila presentasi mengenai program kegiatan tersebut didukung dengan mengemukakan informasi tambahan yang dapat mendukung program, seperti  penelitian.  Bisa penelitian sederhana misalnya hasil pengamatan, penyebaran angket, dan wawancara. Atau penelitian intensif yakni penelitian yang dilakukan oleh pihak tertentu dengan menggunakan prosedur penelitian sesungguhnya.

Berpidato  Tanpa Teks
Beberapa latihan yang dilakukan seseorang sebelum berpidato:
a.    Melatih Suara
Suara adalah bagian terpenting dalam berpidato. Dalam hubungannya dengan suara, seorang orator perlu berlatih mengucapkan lafal, intonasi, dan nada dengan benar dan tepat.
b.    Melatih Tubuh
Seseorang yang berpidato akan terasa sangat kaku jika tidak disertai gerakan anggota tubuh. Sebaliknya, berpidato dengan terlalu banyak gerakan tubuh juga akan terkesan janggal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika seseorang berpidato di depan umum:
·         Kedu tangan jangan selalu diletakkan di belakang
·         Kedua tangan juga jangan selalu dilipat di depan
·         Angkatlah tangan sesekali agar tidak tekesan monoton
·         Kepalkanlah tangan di atas apabila materi pidatonya bersifat mengobarkan semangat
·         Apabila pidato dilakukan di atas podim/mimbar, letakkanlah kedua tangan di atas mimbar
·         Pandanglah orang-orang yang hadir dan jangan menundukkan kepala
·         Hindarilah gerakan-gerakan yang tidak berhubungan dengan materi pidato, seperti menggaruk, merapikan rambut, menjulurkan lidah, dan mengernyitkan hidung
c.    Berlatih menggunakan peralatan pidato
Menggunakan peralatan pidato, seperti mikrofo, biasanya tidak begitu diperhaikan oleh sebagian orang yang baru berlatih pidato. Walau tampak remeh, peralatan tersebut dapat mengganggu jalannya pidato dan membuat oratur tampak canggung. Oleh karena itu dalam berlatih pidato sebaiknya berlatih menggunakan perlatan pidato juga.
Bagian-bagian pidato:
a.    Salam pembuka
b.    Sapaan kepada hadirin
Penyapaan kepada hadirin dimulai dari orang yang kedudukannya paling tinggi, diikuti oleh kedudukan di bawahnya.
c.    Ucapan puji syukur
d.    Penyebutan topik pidato
e.    Isi pidato
Agar pidato kamu menarik, kamu dapat mengutip atau menyisipi pidato kamu dengan pendapat tokoh, gaya bahasa, peribahasa, atau kata-kata mutiara
f.     Kesimpulan pidato
g.    Harapan-harapan
h.    Penutup
i.      Salam penutup

Membaca
Menemukan ide pokok suatu teks dengan membaca cepat 300-350 kata per menit
Salah satu cara menemukan informasi adalah membaca cepat. Saat membaca cepat kita tidak perlu membaca keseluruhan teks, melainkan dengan memilih bagian yang penting saja, yaitu gagasan utamanya saja; fakta dan detail diabaikan.

Beberapa kebiasaan membaca untuk mendapat kemampuan membaca yang tinggi:
1.    Membaca tidak sambil bersuara keras, bergumam, atau sekedar menggerakkan bibir.
2.    Membaca tidak dengan melihat baris demi baris menggunakan alat tertentu, misal pensil.
3.    Membaca tidak sambil menggerakkan kepala mengikuti baris.
4.    Membaca harus berkonsenterasi, jangan terpecah oleh hal-hal diluar bacaan.
5.    Membaca harus bisa menemukan ide pokok bacaan.
6.    Jangan cepat lupa terhadap isi bacaan.
7.    Usahakan kecepatan membaca yang cepat, jangan rendah atau tetap.
8.    Pelajarilah banyak kosakata.
9.    Membacalah dengan baik dan benar.
10. Luangkanlah waktu untuk membaca.
Hitunglah kecepatan membaca dengan langkah-langkah berikut:
1.    Catatlah waktu kamu mulai membaca!
2.    Catatlah waktu selesai kamu membaca!
3.    Catatlah lama kamu membaca!
4.    Hitunglah jumlah kata dalam bacaan!
5.    Hitunglah kecepatan membacamu!

Jumlah kata dibaca x 60 = jumlah kata per menit
Jumlah waktu membaca

Tingkat Kecepatan Membaca
Jenjang Pendidikan
Kecepatan Membaca
SD/SLTP
200 kpm
SMA
250 kpm
Mahasiswa
325 kpm
Pascasarjana
400 kpm
Orang dewasa tidak sekolah
200 kpm

Dalam buku Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca? Yang ditulis oleh Nurhadi, ada beberapa saran untuk meningkatkan kecepatan membacamu. Berikut saran-saran tersebut:
1.    Biasakanlah untuk membaca pada kelompok-kelompok kata. Hindari membaca kata demi kata. Jika ini kebiasaanmu, ubahlah cara membaca itu dengan melihat satuan kalimat yang lebih tinggi dari kata, misalnya frasa demi frasa. Dengan demikian, kamu memperkecil jumlah aspek bacaan yang perlu dilihat.
2.    Jangan mengulang-ulang kalimat yang telah dibaca. Kebiasaan yang umum sering menghambat kecepatan membaca adalah jika kita selalu mengulang-ulang apa yang telah dibaca.
3.    Jangan selalu berhenti lama di awal baris atau kalimat. Ini akan memutuskan hubungan makna antarkalimat atau antarparagraf. Kita bisa lupa dengan apa yang baru dibaca. Berhentilah agak lama di akhir-akhir bab, atau subbab, atau jika ada judul baru.
4.    Cari kata-kata kunci yang menjadi tanda awal dari adanya gagasan utama sebuah kalimat.
5.    Abaikan saja kata-kata tugas yang sifatnya berulang-ulang, misalnya, kata-kata seperti yang, di, dari, pada se, dan sebagainya.

Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok) dari berbagai pola paragraf induksi, deduksi dengan membaca intensif
Dalam bahasa Indonesia, ide pokok disebut pula pikiran utama, pokok pikiran, ide pokok, gagasan utama, atau kalimat pokok.  Semua bermakna sama serta mengacu kepada pengertian kalimat topik. Ide pokok terdapat pada setiap paragraf. Biasanya dinyatakan secara eksplisit dalam kalimat utama atau kalimat topik. Letak kalimat utama yang dinyatakan pada awal paragraf disebut dengan istilah paragraf deduktif. Sedangkan kalimat utama yang dinyatakan pada akhir pargraf disebut dengan istilah paragraf induktif.  Disebut paragraf induktif-deduktif apabila pikiran utamanya terletak di awal dan ditegaskan kembali di akhir paragraf.

Paragraf induktif memiliki karakteristik yang khas. Kalimat utamanya beradda di akhir paragraf. Kalimat-kalimat sebelumnya merupakan kalimat penjelas yang berisi gagasan pendukung terhadap kalimat utama. Paragraf induktif dapat dikembangkan dalam pola generalisasi, analogi, dan sebab-akibat.
1.       Generalisasi
Induksi generalisasi adalah paragraf yang memunculkan pernyataan-pernyataan khusus, kemudian diakhiri dengan pernyataan umum sebagai kesimpulan. Contoh generalisasi tampak pada paragraf induktif tersebut.
2.       Analogi
Induksi analogi adalah membandingkan dua hal yang mempunyai persamaa –persamaan sofat, kemudian ditarik jadi kesimpulan
3.       Sebab-Akibat dan Akibat-Sebab
Pola sebab-akibat terbagi menjadi 3, yaitu:
a.       Sebab-akibat
b.      Akibat-sebab
c.       Sebab-akibat (1) – akibat (2)


Menulis
Menulis karangan berdasarkan topik tertentu dengan pola pengembangan deduktif dan induktif
Pada paragraf deduktif, kalimat utama dijelaskan diawal diikuti kalimat-kalimat penjelas yang saling berkaitan. Sedangkan pada paragraf induktif, dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas terlebih dahulu kemudian disimpulkan dalam kalimat utama yang terdapat di akhir paragraf. Kalimat penjelas dapat berupa contoh, kasus, ilustrasi, uraian khusus,dan sebagainya.

Menulis esai berdasarkan topik tertentu dengan pola pengembangan pembuka, isi, dan penutup
Secara sederhana, esai dapat dianggap sebagai bentuk tulisan berisi uraian yang bersifat pribadi, akrab, dan asyik layaknya obrolan sehari-hari, tetapi terasa santai dan tidak bertele-tele. Bentuk tulisan ini berada di antara fakta dan pendapat sehingga memungkinkannya bersikap santai, leluasa, “main-main”, tetapi tetap kritis terhadap kelugasan ilmu an kelenturan seninya. Gaya bahasa dalam esai cenderung santai, meskipun topik yang ditulisnya serius, seperti topik ekonomi, politik, sastra, dan hukum.

Esai adalah karangan pendek tentang suatu fakta yang dibahas menurut pandangan pribadi penulisnya. Dalam esai, unsur pemikiran lebih menonjol dibandingkan dengan unsur perasaan. Esai lebih banyak menganalisis fakta dengan pemikiran yang logis (Sumardjo dan Saini K.M., 1986: 19-21). Esai dapat digolongkan menjadi dua, yaitu esai formal dan esai nonformal (personal). Esai formal ditulis dengan bahasa yang lugas dan dalam aturan-aturan penulisan yang baku, sedangkan unsur pemikiran dan analisisnya sangat dipentingkan. Pada esai nonfromal, gaya bahasa lebih bebas. Selain itu, unsur pemikiran dan perasaan pun lebih leluasa masuk ke dalamnya.

Dalam menulis esai, kamu dapat menyusun kerangka tulisannya terlebih dahulu. Dengan demikian, hal yang akan kamu tuliskan dalam bentuk esai menjadi terarah dan tidak menyimpang dari topik yang ingin kamu bahas. Kerangka esai yang kamu susun terdiri atas pembukaan, isi, dan penutup. Kerangka ini dijabarkan dalam tulisan yang terdiri atas paragraf pembuka, paragraf-paragraf isi, dan paragraf penutup.

Mendengarkan
Menemukan unsur-unsur intrinsik dan isi teks drama yang didengar melalui pembacaan
Unsur intrinsik sebuah naskah drama terdiri atas: (a) tema, (b) alur, (c) penokohan, dan (d) latar. Unsur-unsur itu berkembang dalam dialog antartokoh. Jika dialog tersebut dibacakan/dipentaskan dengan penuh penghayatan, pendengar dapat memahami tema, alur, penokohan, dan latar yang ingin dikembangkan penulis drama.

Teks drama dapat dipahami berdasarkan unsur ekstrinsiknya, yaitu mempertautkan dengan situasi yang melingkupi kehidupan pengarang saat drama itu diciptakan. Dapat pula teks drama itu dipahami dari konteks sosial budaya (politik) yang melingkupi pengarang saat drama itu ditulis. Pengetahuan mengenai situasi dan konteks yang melingkupi penciptaan teks drama itu dapat menyempurnakan pemaknaan unsur intrinsik seperti tema, alur, penokohan, dan latar.

Berbicara
Membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dan menjelaskan keterkaitan dalam gurindam
Gurindam adalah hasil karya sastra Melayu Lama yang kini sudah tidak lagi berkembang. Di dalamna terdapat banyak nasihat yang dapat dipetik. Salah satu tokoh pencipta gurindam adalah Raja Ali Haji. Beliau dilahirkan di Pulau Penyengat, Riau, tahun 1809 dan wafat pada usia 61tahun. Leluhur beliau adalah ahli waris kerajaan Melayu-Riau.

Sebagai puisi lama, gurindam memiliki beberapa ciri yang dapat dibandingkan dengan puisi-puisi jenis lainnya. Gurindam dapat dibedakan dalam hal-hal berikut:
1.    Bentuk (tipografi), yakni jumlah larik dalam bait
2.    Pertautan hubungan larik pertama dan larik kedua
3.    Persamaan bunyi pada akhir tiap larik (rima)

Sebagai puisi lama, gurindam memliki ciri bentuk, isi, dan estetika yang berbeda dengan puisi modern yang cenderung bebas. Membaca gurindam tentu memerlukan penghayatan, lafal, dan intonasi yang sepadan dengan kandungan isi yang ingin disampaikan penyairnya.

Gurindam memiliki diksi atau pilihan kata yang berbeda dengan pilihan kata puisi modern. Kata-kata yang biasa dipakai pada saat itu, yang tentu berbeda dengan diksi masa kini. Oleh karena itu, ada beberapadiksi atau susunan kalimat yang tidak sesuai dengan ejaan tata bahasa pada saat ini.

Membaca
Mengidentifikasi tema dan ciri-ciri puisi kontemporer melalui kegiatan membaca buku kumpulan puisi kontemporer
Sebuah buku kumpulan (antologi) puisi diciptakan oleh penyair dalam kurun waktu tertentu. Dalam buku kumpulan puisi tersebut, kemungkinan dapat kmau temukan pertautan tema dan gaya pengarang yang khas, yang tidak terdapat dalam buku kumpulan puisi pengarang lain. Tema dan gya pengarang menandai ciri khas seorang penyair meskipun ia senantiasa memperbarui puisi-puisi yang diciptakannya di kemudian hari.

Setiap penyair memiliki gaya pengucapannya yang khs, unik, estetis, yang menyebabkannya menjadi berbeda dengan penyair lain. Biasanya seorang penyair memiliki idiom-idiom estetis (ungkapan-ungkapan keindahan) yang diperolehnya ari pengalaman penciptaan dan kematangan penjelajahan bahasa. Meskipun beberapa pusis ditulis dengan tema yang sama, tetapi menjadi utuh dan tetap memiliki daya tarik karena gaya pengungkapan penyairnya yang luas. Di samping itu, penyair seringkali memanfaatkan simbol atau lambang yang mempunyai makna lebih banyak daripada ungkapan simbol itu.

Menemukan perbedaan karakteristik angkatan melalui membaca karya sastra yang dianggap penting pada setiap periode
Jika kamu membava pembabakan karya sastra Indonesia yang disusun H.B. Jassin, kamu dapat memahami bahwa periodisasi sastra didasarkan pada urutan waktu (lebih dari satu dekade) dan ciri estetika.

Periodisasi itu meliputi:
1.    Sastra Melayu Lama
2.    Sastra Indonesia Modern
a.    Angkatan 20 (Balai Pustaka)
b.    Angkatan 33 (Pujangga Baru)
c.    Angkatan 45
d.    Angkatan 66
Korrie Layun Rampan, sebagai kritikus penerus H.B. Jassin, melanjutkan periodisasi sastra itu dengan:
e.    Angkatan 80
f.     Angkatan 2000

Sebuah angkatan muncul dalam sejarah sastra setelah melewati kurun waktu, dekade, dan memliki ciri estetika tersendiri. Jika puisi “Doa” karya Chairil Anwar berbeda dengan puisi “Dengan Puisi, Aku” karya Taufik Ismail, novel pun demikian pula. Novel Harimau! Harimau! Karya Muchtar Lubis (Angkatan 45) dan novel Tuyet karya Bur Rasuanto (Angkatan 66) tentu memiliki perbedaan pula. Dengan demikian, akan terlihat ciri-ciri kedua angkatan tersebut.

Menulis
Memahami prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai
Dalam menyusun kritik sastra, seorang kritikus sastra harus membaca dengan saksama karya sastra yang dipilihnya. Kemudian ia harus melakukan penilaian secara tertulis berdasarkan prinsip-prinsip ilmu sastra terhadap karya sastra yang ia baca. Kritikus sastra harus bisa mempertanggungjawabkan tulisannya tersebut.

Seorang kritikus sastra mempunyai tugas membaca dan menilai karya sastra secara objektif. Ia menulis kritik terhadap karya sastra berdasarkan teori-teori sastra dan menganalisanya seobjektif mungkin. Menulis kritik pada hakikatnya menyampaikan aprsiasi, penghargaan, dan pengungkapan nilai. Fungsinya untuk menjembatani gagasan pengarang, memberi semacam panduan, dan mengungkapkan kekayaan karya sastra yang mungkin belum tergali.

Kritik adalah tanggapan yang berisi uraian atau pertimbangan niai baik atau buruk sebuah karya sastra. Kritik biasanya diakhiri dengan kesimpulan analisis. Tujuan kritik bukan hanya menunjukkan keunggulan, kelemahan, benar, dan salahnya sebuah karya sastra dipandang dari sudut tertentu. Akan tetapi tujuan akhirnya yaitu mendorong sasatrawan untuk mencapai penciptaan sastra setinggi mungkin dan juga mendorong pembaca mengapresiasi karya secara lebih baik (Sumardjo dan Saini K.M., 1986:21).

Dalam menulis kritik sastra, kamu harus mengetahui terlebih dahulu langkah-langkahnya, yaitu:
1.    Bacalah karya sastra itu beberapa kali sampai kamu mampu menulis kritik secara objektif
2.    Gunakan pengetahuanmu tentang unsur-unsur intrinsik karya sastra untuk menganalisis karya sastra itu
3.    Tulislah kritik sastra dengan cara memberi penghargaan terhadap karya sastra itu, sehingga mampu mengungkapkan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya

Menerapkan prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai untuk mengomentari karya sastra
Dalam perkembangannya, karya sastra muncul dalam keberagaman. Di samping karya sastra berbentuk novel, cerpen, puisi, atau drama, ada dua bentuk tulisan yang mempengaruhi perkembangan dunia sastra, yaitu kritik dan esai tentang sastra.

Berbicara mengenai kritik dan esai sastra, tidak dapat lepas dari kritikus sastra Indonesia terkemuka, yaitu H.B. Jassin. Sebagai kritikus sastra, H.B. Jassin digelari “Paus Sastra Indonesia”. Bukunya yang terkenal adalah  Kesustraan Indpnesia dalam Kritik dan Esai, Analisa Cerpen, dan Tifa Penyair dan Daerahnya.

Pengertian kritik dan esai sastra dapat dilihat dari salah satu cirinya. Kritik sastra berisi pengamatan yang teliti terhadap kelebihan dan kekurangan atau kualitas nilai karya sastra. Sedangkan esai sastra berisi karangan yang mengulas topik tertentu secara singkat.

1 comment: