Sunday 11 September 2011

TUGAS 1 : DUA TAHUN PERJALANAN HIDUP DI LABSKY, SEBUAH AUTOBIOGRAFI DARI FAJAR FATHIAWAN PAMBUDI

           Nama saya Fajar siswa kelas XII IPA. Kali ini saya akan bercerita tentang 2 tahun perjalanan hidup saya bersama keluarga ke-2 yang selalu setia menemani perjalanan hidup saya. Tentunya selain keluarga inti saya, yaitu keluarga besar SMA Labschool Kebayoran. Jika diperumpamakan, maka sekolah tersebut bagaikan rumah saya, teman-teman saya anggap sebagai saudara sendiri, dan guru-guru pengajar saya hormati seperti orang  tua di rumah. Saya akan membagi cerita saat saya sedang menjadi ‘adik’, lalu ‘kakak’, lanjut lagi sebagai ‘bos’-nya kakak di keluarga besar saya tersebut. Ditengah-tengahnya saya juga akan menceritakan khusus tentang pengalaman saya yang amat berkesan sebagai Pecinta Alam SMA Labschool Kebaayoran (PALABSKY).
Sedikit berbasa-basi, start saya di SMA Labschool Kebayoran tergolong jauh dari kata baik, bahkan tidak bisa dibanggakan . Posisi saya di urutan ke-12 dari peserta cadangan yang ingin memasuki sekolah swasta yang harum namanya ini, membuat saya sadar bahwa saya bukan murid yang ‘pandai’. Syukur-syukur Allah SWT memberikan anugerahnya yang manis sekali. Saya akhirnya diterima di SMA binaan Universitas Negeri Jakarta ini. Oleh karena itu, sejak pertama kaki menginjakkan kaki di Labsky, tekad saya disini adalah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi yang terbaik. Bagi diri saya dan civitas akademik di sekitar saya pastinya. Saya berharap kisah perjalanan hidup saya ini tidak hanya untuk memenuhi tugas saja, namun dapat memotivasi anda sekalian yang membacanya. Beginilah kisah seorang pelajar, yang berusaha menjadi terpelajar, dari hanya sekedar bisa belajar. Mari kita ikuti..

Kelas X : Adik kecil yang belum tahu apa-apa (2009-2010)


                Memori  terhadap MOS (Masa Orientasi Siswa) yang paling nyangkut diingatan saya ada 3. Nametagnya yang rumit, lari pagi bangun subuh-subuh, serta kakak OSIS berjas keren yang tak pernah berhenti memberi tekanan. “Lari-lari..tiap pagi..agar kuat..agar kuaat?? Mmm agar kuat ..agar kuat apa tadi ya? Saya lupa Kak hehe..”. “OTOT KAKI! Gimana sih lo?! Ayo nyanyi lagi yang lebih keras suaranya!” Begitulah pengalaman pertama saya mendapat ‘tekanan’ dari kakak OSIS. Maklum disuruh hafal lirik mars lari pagi sekali nyanyi. Tentu saya tidak hafal. Beruntung teman seangkatan saya yang dari SMP Labsky berkenan membantu dengan memimpin mars itu lagi. Perlahan tapi pasti saya mulai hapal liriknya dan ikut bernyanyi bersama. Baru setengah hari menjalani MOS di hari pertama ini, saya sudah merasa bak jadi tentara saja. Dikit-dikit disuruh seri, makan selalu komando, dan  ketika salah bisa dibentak-bentak di depan umum. Sekalian saja masuk Tar-nus kalau begini nyatanya, kesal hati saya. Namun saya bersabar sedikit, karena saya yakin ada keberuntungan dibalik semua ini. Tak dinyana Labshool memang lambat laun, semakin memperlihatkan keunggulannya dibanding sekolah lain. Anak-anaknya kritis dan berani berargumen.  Dan jika diperhatikan, kakak-kakak OSIS itu ternyata punya sesuatu yang di sebut pembagian tugas. Mereka tak selalu memberikan tekanan, ada juga yang baik, humoris, dan memotivasi adik kelasnya ini. Ingin juga saya menjadi seperti mereka, sepertinya menarik memakai jas yang gagah itu dihadapan adik kelas. Angan-angan menjadi OSIS ini pelan-pelan saya pupuk dalam hati. Dan ini juga menjadi landasan saya untuk menorehkan sejarah disini. Tak apalah sekarang masih seperti kerupuk melempem. Saya kan layaknya adik kecil yang belum tahu apa-apa.
                Ternyata prestasi anak-anak Labsky tidak hanya terlihat dari kegiatan non akademiknya, di dalam kelaspun mereka selalu siap menyerap ilmu. Dibekali dengan otak yang berkapasitas besar, siswa-siswi SMA Labschool Kebayoran menampilkan persaingan yang baik dibidang pelajaran. Untuk pertama kalinya saya merasa bangkit untuk belajar, setelah melalui SMP yang diisi oleh murid-murid yang semangat belajarnya agak mengendor. Saya pun memompa semangat belajar saya disini. Hasilnya tak begitu mengecewakan, saya mampu untuk bersaing dengan pelajar-pelajar pandai ini. Saya menyiasati kegiatan non akademik dengan mencoba menjadi kelompok terbaik saat pesantren Ramadhan. Kakak-kakak yang waktu itu berasal dari Daarut tauhid memang sangat kreatif dalam menerapkan nilai-nilai Islami. Kami dibimbing untuk berlomba-lomba menuju kebaikan, dengan sistem poin perkelompoknya. Mula-mula agak susah memang menyatukan pendapat sebagai ketua kelompok. Tidak semua orang punya semangat yang sama untuk berlomba menuju kebaikan. Meskipun semua tentu menginginkannya. Saya belajar yang kali ini diperlukan adalah bagaimana menyiasati hal ini. Akhirnya didorong usaha bersama-sama, kami mampu menjadi kelompok pesantren terbaik. Bukan hal besar, tapi awal yang tidak buruk pula untuk saya.
                Jikalau ada masa-masa penuh kenangan akan penderitaan dan kentalnya persahabatan, tentu seluruh siwa-siswi kelas X Labsky setuju bahwa cara tersebut yakni Pra Trip Observasi (Pra-TO) dan Trip Observasi (TO). Yang jauh lebih berat yang saya rasakan adalah ketika menjalani Pra-TO. Acara pesantren tentu tidak mungkin untuk diinput improvisasi dari OSIS yang mampu membuat alur suasana ‘berubah’. Pra-TO ini merupakan lahan keleluasaan yang diberikan untuk ‘membimbing’ adik kelas dalam rangka membentuk angkatan baru yang solid dan kompak. Kamilah kelinci percobaan tersebut. Sesuai dugaan, Pra-TO sangat melelahkan. Kami membuat tongkat dan nametag yang jauh lebih sukar desainnya. Semua siksaan di MOS kami dapatkan komplit disini dengan beban 3 kali lebih berat. Dengan bahu-membahu kami bersama-sama menghadapi tantangan ini. Kami pun mendapat 3 ketua angkatan yang memimpin kami yakni Nabel, Danto, dan Olaf. Dengan nama angkatannya Nawa Drastha Sandyadira (angkatan 9 yang bermahkotakan persatuan yang kokoh). Kami sangat bangga  dengan mereka bertiga juga dengan angkatan kami sedndiri. Namun sebenarnya mental kami sebagai angkatan yang baru tumbuh akan segera diuji. Puncaknya pada hari terakhir Pra-TO, ketika kakak OSIS kami seperti kesetanan ketika kegiatan barikade tongkat. Tongkat kami yang susah payah dibuat disita oleh kakak-kakak OSIS kami. Kami harus berargumen dengan segala curahan dan pikiran untuk menyelamatkan tongkat angkatan kami dan ketua angkatan kami. Saya pun sengaja ikut maju memberanikan diri untuk berargumen bersama dengan teman-teman saya. Akhir kegiatan tersebut, tidak ada pemenangnya. Tujuan utamanya adalah membangun keberanian dan persahabatan yang muncul dari tekanan-tekanan yang telah kakak OSIS berikan. Kamipun berjanji dengan sungguh-sungguh dalam hati untuk menjadi  angkatan yang kompak dan bersatu. Sesuai dengan arti filosofis nama angkatan kami. Ketika kegiatan TO, tensi sedikit diturunkan. Lebih banyak praktik kerja disini ketimbang Pra-TO. Sehingga, TO ini membawa keceriaan bagi angkatan kami. Meskipun masih sering diisengi, kami merasa senang. Hanya tanggung jaawablah yang diuji disini pada jaga vendel dan penjelajahan. Karena terkadang, ketika seorang pribadi tidak terlalu ditekan lagi, kedisiplinan mereka akan jauh lebih longgar. Satu hal lagi kenangan terindah di TO adalah ketika malam api unggun. Malam yang sangat bersejarah dengan dinyalakannya api unggun angkatan kami yang melambangkan serta mengharapkan bahwa angkatan kami akan tetap memiliki semangat layaknya api yang berkobar ini. Malam itu ditutup dengan nyanyian persahabatan antara kakak OSIS dengan kami semua. Sungguh malam yang takkan terlupakan. Meskipun sedih harus berpisah dengan kegiatan TO, saya mendapatkan kesan yang cukup mendalam disini.
                 BINTAMA (Bina Mental dan Kepemimpinan Siswa) pada nyatanya tidak seseram yang saya kira. Dahulu saya berpikir bahwa BINTAMA ini kami akan jauh lebih dihabisi oleh para Kopassus di grup 1 Serang, Banten. Ada baiknya kita menilai tidak hanya dari luar, tapi juga dalamnya. Kopassus mengajarkan tentang disiplin dan cara pengorganisasian yang baik di angkatan kami. ‘Menu’ sehari-hari yang kami dapatkan memang tidak jauh berbeda dari yang diberikan oleh kakak OSIS. Penyajian yang membedakan hal tersebut. Para anggota militer tangguh dari Kopassus memperllihatkan bagaimana cara menerapkan disiplin tanpa melibatkan kekerasan yang berlebihan. Tanpa sok-sok’an menjaga wibawa di depan kami, dengan sendirinya kami sudah mematut bagai keledai yang digiring apabila perintah telah diberikan. Disini tidak ada lagi pamer-pamer argumen, kehebatan sebagai individu tidak lagi dijunjung tinggi, kekompakan angkatanlah yang menjadi kunci penentu. Menjadi yang terpenting itu memang baik, namun menjadi yang terbaik itu jauh lebih penting.
                Cita-cita untuk menjadi kakak OSIS yang memakai jas keren itu mulai menunjukkan jalannya. Saya mengikuti serangkaian kegiatan untuk menjadi OSIS. Seperti Lapinsi (Latihan Kepemimpinan Siswa) dan TPO (Tes Potensi Organisasi). Juga melampirkan berbagai persyaratan lainnya. Namun pejalanan ini terasa semakin sulit, karena saya bersama teman-teman sekalian harus membagi waktu juga dengan kegiatan akademik kami. Apalagi kelas 1 merupakan saatnya penjurusan yang menentukan kami di kelas IPA atau IPS nantinya. Cita-cita saya ada di bidang IPA, karena itulah saya berjuang mati-matian mendapatkannya. Dengan mengucap bismillah saya melewati medan pertempuran tersebut. Didukung dengan amunisi mental yang telah dipoles dari berbagai kegiatan sebelumnya, saya mencapai hasil yang memuaskan. Alhamdulillah saya lolos TPO dan berhasil menempati peringkat teratas seleksi tersebut, saya juga mendapatkan jurusan IPA dan finsih di ranking 4 kelas XB.  Dan setelah melewati tes yang menegangkan, saya berhasil menapaki posisi yang cukup prestisius di OSIS; menjadi koordinator bela negara . Saya bersyukur atas semua pencapaian ini. Saya sadar juga bahwa tantangan baru akan segera saya hadapi. Dengan melimpahnya kesuksesan, maka muncul pula beban tanggung jawab baru di kedua pundak saya. Namun saya tidak sendiri, bersama kawan-kawan saya yakin mampu mengatasi segala aral yang melintang. Saya beranjak dari seorang adik yang belum tahu apa-apa, menjadi kakak yang belajar bertanggungjawab.

Kelas XI : Kakak kelas yang Belajar  Bertanggungjawab (2010-2011)


                Itulah julukan saya kali ini. Hidup di kelas XI IPA sebenarnya jika ditarik garis besar hanya meliputi 2 hal; kegiatan organisasi dan belajar naik kelas. Terlihat mudah pada teorinya, namun tidak mudah saat pelaksanaannya. Disinilah segala asam-garam menjadi kakak kelas mulai mewarnai pengalaman saya. Melaksanakan kegiatan OSIS cukup membingungkan saya pada awalnya. OSIS ditekankan untuk mempunyai kosep dalam menjalankan segala sesuatu. Tidak asal marah-marah saja ke adik kelas. Contohnya ketika Pra-TO, seksi bela negara mendapatkan paling banyak pengawasan dari guru-guru karena rawan kekerasan. Perlu lebih dari sekedar penjelasan untuk meyakinkan tentang apa yang akan kami terapkan beserta punishment untuk adik kelas. Beruntung saya memiliki seorang ketua OSIS yang tegar dan cerdas seperti Nabel. Dengan pengalamannya semasa SMP, ia dengan matang memimpin OSIS Dranadaraka Wiraksaka dengan ketenangan yang menunjukkan profesionalisme yang tinggi. Bersama, saya mendapat support juga dari teman-teman saya di seksi bela negara beserta ketua bidang I-nya. Saya pun lolos dari lubang jarum dan berhasil mendidik adik kelas dengan baik dan disiplin bersama teman-teman OSIS saya. Berbagai kegiatan kami lalui bersama. Tantangan menjadi seorang kakak OSIS adalah bagaimana menerapkan wewenangnya dengan baik kepada adik kelas. Tak jarang seorang pengurus OSIS dicopot jasnya tanda pemberhentian sementara. Biasanya karena terserang power syndrome akut. Merasa berkuasa, lupa segalanya. Batas rawan pun dilampaui, pelajaran terbengkalai, moral digadaikan. Beruntung sebagai OSIS Drakara, kami mampu menaati prinsip tanggung jawab tersebut.
                Program besar kami di OSIS Drakara adalah Sky Battle dan Sky Avenue.  Sky Battle adalah pengujian kinerja pertama kami untuk menyelenggarakan proker besar yang mengundang banyak massa. Proker ini berupa cup/pertandingan olahraga yang diselingi pertunjukkan musik dan atraksi lainnya. Disini saya belajar cara membagi prioritas antara pelajaran dengan kegiatan OSIS. Maklum di kegiatan yang mengundang banyak orang ini, pasti posisi seksi keamanan sangat diperlukan dalam menjaga ketertiban acara. Walaupun 1-2X kecolongan, akhirnya kami tetap mampu menjaga puncak acara berjalan sesuai dengan rencana. Tidak dibayar, malah harus bayar buat ini itu. Waktu yang terlewati pun tidak dapat ditarik kembali. Tapi pengorbanan terasa manis disaat hasil sesuai target. Kalis sekali rasanya. Sky Avenue adalah pentas seni yang diselenggarakan dipenghujung kepengurusan OSIS kami, yang menampilkan berbagai macam penyanyi dan bakat-bakat untuk promosi Labsky. Berbekal kerja sama yang kompak dan tata cara organisasi yang rapi, acara inipun berhasil menutup program kerja OSIS kami dengan sempurna. Segala jerih payah keringat, kerja keras, penjagaan keamanan dari FBR, pencarian dana hingga 400 juta-an membuahkan akhir yang sangat menyenangkan. Penonton puas kami pun lega karena acara ini surplus, serta ikut bahagia pula karena dapat membagi sebagian penghasilannya untuk amal. Selalu ada jalan menuju kebaikan. Saya 
juga bersyukur karena berhasil naik ke kelas XII IPA dengan sukses.


PALABSKY (Pecinta Alam SMA Labschool Kebayoran) 2009 s/d .......Selamanya

                Awalnya hanya iseng saja saya melihat stan ekskul ini di expo ekskul SMA Labschool Kebayoran. Tapi berkembang dari ketertarikan saat itu, saya pun mengikuti ekskul PALABSKY ini dengan serius. Bersama-sama teman seangkatan, kami bahu-membahu membangun angkatan PALABSKY kami dari 0.  Tidak ada yang berpengalaman sebelumnya di alam bebas. Semuanya dipelajari spontan  disini. Terlebih sulit juga mencari pejantan yang berani jungkir balik dan berkotor-kotor ria pada angkatan saya. Kebanyakan  jago kandang, tapi hilang paruh ketika tandang ke luar. Tapi lama-lama ternyata banyak juga yang mau join. Tak terasa berbagai medan telah kami lalui, gunung tinggi telah kami daki, dan seungai deras telah kami sebrangi. Finalnya 15 orang angkatan kami dilantik secara resmi di PDP dengan Diannisa sebagai ketua angkatannya. Angkatan kami bernama Adrika Phataka/AK (satu gunung yang tangguh). 


                Berkali-kali mental saya naik-turun sepanjang perjalanan bersama PALABSKY. Alam telah menunjukkan siapa diri saya yang sebenarnya. Dan betapa kecil saya dibandingkan dengan kuasa-Nya. Hal ini terlebih saya alami ketika memimpin kepengurusan bersama AK, menjadi ketua PALABSKY periode 2010-2011. Cukup sulit pada awalnya, karena saya sama sekali tak mengerti mengenai konsep kepengurusan yang baik. Tapi berkat dorongan dari kawan-kawan , serta bimbingan dari Pak Mandor Afdar yang ksakti dan tak kenal ampun, roda kepengurusan di PALABSKY pun berputar dengan lancar. Pertengkaran pasti ada, namun ditanggapi dengan profesional. Puncaknya eksplorasi Gunung Rinjani angkatan kami berhasil menembus media massa (LION Magazine) dan media elektronik (DAAI TV). PALABSKY angakatan kami pun suskes memperluas wilayah penjelajahannya, tanpa melupakan kewajiban utama untuk mencetak generasi penerus yang lebih unggul. Sekarang tongkat estafet kepengurusan telah diserahkan kepada angkatan dibawah saya. Namun jasa PALABSKY dan Pak Mandor Afdar sebagai pendidik mental dan pembina fisik takkan pernah saya lupa. Karena  PALABSKY terutama AK adalah kekeluargaan yang paling saya sayangi dan banggakan serta kekal dalam hidup saya. Terima kasih PALABSKY..


Kelas XII : Bos-nya ‘kakak’ dan Bos Bagi Diri Sendiri (2011 s/d sekarang)



                Tak terasa sekarang saya sudah menapaki tahun ketiga saya di SMA Labschool Kebayoran. Disini posisi saya berada di puncak rantai makanan civitas akademika Labsky. Tak jarang power syndrome yang menyerang OSIS turut menginfeksi pemuda-pemudi yang sudah tengil karena berdiri pada puncak kekuasaan. Meskipun telah melepas jabatan kepengurusan OSIS dan PALABSKY, ternyata segi kepemimpinan masih saya perlukan di kelas XII. Yaitu belajar menjadi bos untuk diri sendiri. Manajemen untuk memprioritaskan belajar sangat berperan penting bagi kesuksesan saya kelak di kelas XII. Saya rasa sekarang sudah waktunya saya melepaskan hal-hal non akademik dan fokus untuk lulus UN dan mendapatkan universitas yang terbaik. Saya akan berjuang lagi, namun kali ini  dengan mental yang sudah hampir matang karena telah ‘dihajar’ di Labsky. Saya yakin dengan perjuangan ulet, determinasi yang tinggi, juga berdoa & bertawakal kepada Allah SWT saya dapat menembus batas tanah air dan terbang menuju negeri impian saya untuk kuliah S1 saya nanti, Jerman. Saya percaya saya bisa! Dan seiring dengan berakhir autobiografi saya ini, semoga Labsky terus tumbuh dan berkembang menjadi sekolah terbaik se-Jaksel, se-Jakarta, nasional, bahkan internasional.. (AMIN). GO LABSKY!~

No comments:

Post a Comment