Sunday 4 September 2011

Tugas 1: Dua Tahun di Labsky, sebuah Autobiografi Kasandika Ganiarsa

Senin, 11 Juli 2011. Hari pertama masuk sekolah di tahun pelajaran 2011/2012, tahun kelima dan Insya Allah akan menjadi tahun terakhir saya menimba ilmu di Labschool Kebayoran. Setelah dua tahun yang penuh perjuangan di SMA, tentunya saya sangat berharap dapat mengakhiri cerita ini dengan prestasi dan kenangan manis. Hari ini juga saya melihat anak kelas sepuluh yang sedang melakukan kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS). Dan saya pun teringat, bahwa tepat tanggal ini dua tahun yang lalu, adalah awal mula dari perjalanan saya di SMA.
Sabtu, 11 Juli 2009. Kehidupan saya di Sekolah Menengah Atas dimulai dengan kegiatan Pra-MOS. Hari itu, untuk pertama kalinya saya mengenakan seragam putih dengan bawahan abu- abu, bukan biru. Pertama kalinya pula saya melihat teman- teman seangkatan, angkatan 9, yang kemudian akan menjadi teman- teman seperjuangan di SMA. Pada saat Pra-MOS, kami hanya diberikan pengarahan tentang bagaimana MOS akan berlangsung. Salah satu syarat mengikuti MOS adalah botak dan membuat nametag yang lumayan sulit membuatnya, apalagi warna karton yang digunakan harus persis sama dengan yang ada di contoh. Salah warna, dan anda akan terpaksa mengulang pekerjaan. Pekerjaan lainnya adalah memikirkan bekal makanan yang harus dibawa saat kegiatan MOS. Sayangnya, hal ini dipersulit dengan penggunaan teka- teki. Jadi kalau mau membawa makanan dengan benar, pecahkan dulu teka- tekinya.
Kegiatan MOS berlangsung dari hari Senin, 13 Juli, sampai hari Rabu, 15 Juli. Yang membimbing kami saat MOS adalah kakak- kakak dari OSIS Diwakara Balasena. Saat MOS, saya masuk ke kelompok satu bersama siswa-siswi calon akselerasi. MOS mungkin terdengar menyeramkan dan malesin. Tapi, kegiatan ini sangat berguna untuk membuat kami tahu, ada apa aja sih di Labschool Kebayoran? Apa saja kegiatannya? Bagaimana lingkungannya? Apa saja kebiasaan- kebiasaan yang ada di Labsky? Sejujurnya, MOS sangat melelahkan. Karena kami harus bangun sekitar jam 5 dan mengikuti lari pagi ke sekitar sekolah. Kegiatan yang akan menjadi rutinitas kami setiap Jumat pagi. Hal lainnya yang diajarkan kepada kami saat MOS adalah berargumentasi. Tetapi tentu saja dengan alasan yang logis dan tak terbantahkan, bukan hanya asal bunyi. Budaya Labschool yang mungkin baru, bagi yang bukan dari SMP Labschool, adalah kebiasaan saat bertemu guru. Jika di sekolah, siswa yang bertemu dengan guru harus mencium tangan sebagai tanda hormat, maka di Labschool, kami cukup berjabat tangan. Terbukti, meskipun tidak mencium tangan, rasa hormat kami terhadap para guru tidak berkurang. Kegiatan MOS akhirnya ditutup dengan sebuah pentas seni yang ditonton oleh seluruh senior dan guru kami. Menurut saya, pentas seni ini juga bermanfaat untuk mengakrabkan diri dengan teman- teman satu kelompok.
Akhirnya MOS berakhir dan kehidupan saya di SMA resmi dimulai. Saya masuk ke kelas XF bersama para calon siswa akselerasi yang jumlahnya 32 orang. Selama beberapa minggu, kami diobservasi untuk menentukan siapa saja yang akan masuk ke kelas akselerasi.
Hari Jumat pertama setelah MOS, ada acara Expo Ekskul. Di acara ini anak kelas x akan memilih ekskul yang akan dijalani. Di labsky, mengikuti sebuah ekstrakurikuler adalah hal yang wajib dan menjadi pertimbangan untuk kenaikan kelas. Saya akhirnya memutuskan untuk ikut ekskul fotografi atau yang lebih dikenal dengan nama Skyblitz.
Pada tanggal 7 Agustus 2009, akhirnya terbentuklah kelas akselerasi angkatan 9 yang berjumlah 20 siswa. Rekor terbanyak murid di kelas aksel. Kehidupan di kelas akselerasi sangat berat, atau begitulah menurut saya. Pembelajaran yang cepat ditambah materi yang sulit membuat saya terseok-seok berada di kelas tersebut. Tidak heran, nilai saya terjun bebas. Tidak ada lagi nilai 80 untuk ulangan, yang ada hanya 65 50 40 dan seterusnya. Remedial untuk pelajaran IPA pun tidak cukup hanya sekali, melainkan bisa sampai tiga kali. Namun, teman- teman di akselerasi cukup menyenangkan. Mereka lah yang masih bisa membuat saya tertawa diatas kejenuhan dan stres yang cukup mengkhawatirkan.
Ditengah kesibukan belajar dan remedial, ada kegiatan non akademik yang harus kami ikuti sebagai kelas sepuluh. Yaitu pesantren Ramadhan dan trip observasi. Pesantren Ramadhan tentu saja dilaksanakan pada saatu bulan puasa. Kegiatan ini wajib bagi seluruh siswa kelas sepuluh (atau kelas sebelas dan dua belas yang belum mengikuti) yang beragama muslim. Selama tiga hari kami menginap di sekolah dan diberikan materi- materi yang bertujuan untuk meningkatkan iman. Selain materi, ada juga kegiatan outbond dan lain- lain. Acara ini membuat saya lebih mengenal teman seangkatan. Pesantren ini cukup menyenangkan, meskipun tentunya melelahkan karena dilaksanakan sambil menahan lapar dan haus.
Pesantren selesai, kegiatan non akademik selanjutnya adalah trip observasi. Apakah trip observasi itu? Trip observasi atau TO adalah sebuah kegiatan tahunan Labsky, yang dimana selama kurang lebih 5 hari kita akan tinggal di desa (di daerah Purwakarta), menumpang di rumah penduduk lokal (atau disebut orang tua asuh). Di kegiatan ini, saya masuk ke kelompok 6, Bedaya. Tidak hanya sekedar numpang tinggal, tapi ada banyak kegiatan yang kami lakukan. Diantaranya adalah Peduli Kehidupan Desa (PKD), Penelitian (PDP), Pentas Seni kelompok, Edu Care, Lintas Budaya, Pasar Sembako Murah, dan yang tidak boleh dilewatkan, Penjelajahan. TO sangat menyenangkan, disini kita bisa merasakan bagaimana rasanya hidup di desa bersama teman- teman seangkatan.
Sebelum melaksanakan TO, ada kegiatan yang bernama Pra-TO. Disini kami dipersiapkan untuk menghadapi TO. Seperti latihan fisik, belajar masak, membuat nametag, tongkat, dan lain lain. Di hari terakhir Pra TO kami mendapatkan tiga ketua angkatan, Nabel, Olaf, dan Danto. Selain itu, angkatan kami sekarang memiliki nama: Nawa Drastha Sandyadira (biasa disingkat Nawastra) yang memiliki arti: Angkatan 9 yang bermahkotakan persatuan yang kokoh.
Selesai TO saya kembali  ke rutinitas belajar aksel. Ujian semester 1 akselerasi dilaksanakan sekitar bulan November. Pada saat pembagian rapot saya dinyatakan didegred. Artinya, saya harus meninggalkan kelas akselerasi dan bergabung ke kelas reguler. Sebenarnya saya cukup senang, karena artinya tidak ada lagi pembelajaran ekstra cepat. Tapi saya juga sedih karena harus berpisah dengan kelas yang sangat menyenangkan. Akhirnya, saya memilih untuk bergabung di kelas XC. Keluarga baru yang akan bersama saya selama semester 2 mendatang.
Pada bulan November pula, saya mengikuti program LAMPION. LAMPION adalah program pembinaan untuk calon anggota rohis. Acaranya diadakan di Bogor selama tiga hari dua malam dan terdiri dari materi- materi serta yang paling seru, caraka malam.
Awal semester kedua, tepatnya bulan Januari 2010, Nawastra melaksanakan studi lapangan ke Bandung. Disana kami pergi ke museum geologi, tempat inseminasi buatan pada sapi, ciater, dan lain lain. Kami juga diberi waktu bebas untuk berjalan- jalan di daerah Dago. Sayang kami disana hanya dua hari satu malam.
Semester ini pula, dibuka kesempatan untuk mengikuti misi budaya ke Eropa, Perancis tepatnya. Sebuah kesempatan yang tidak saya lewatkan, kapan lagi bisa jalan- jalan ke luar negeri plus ikut festival budaya berskala internasional? Persiapan untuk festival ini lumayan melelahkan. Apalagi waktu latihannya ada pada hari jumat sepulang sekolah dan hari sabtu dari pagi sampai sore. Yang paling berat dari semester ini adalah memikirkan penjurusan. Awalnya saya cukup bingung ingin mengambil jurusan IPA atau IPS, namun pada akhirnya saya memilih jurusan IPA dan pada saat yang sama memutuskan kalau saya ingin menjadi dokter.
Akhir semester 2, setelah melewati ujian kenaikan kelas saya dan teman- teman nawastra mengikuti program BINTAMA. BINTAMA adalah program sekolah terakhir yang kami ikuti sebagai siswa kelas 10. BINTAMA juga merupakan program terakhir Labschool, yang menurut saya, melelahkan fisik dan mental. Di kegiatan ini, kami pergi ke Grup 1 Kopassus di Serang untuk mendapat pelatihan fisik dan mental. Selama kurang lebih 6 hari kami mengikuti kegiatan seperti latihan survival, latihan PBB, mountaineering, dan lain- lain.
BINTAMA usai, liburan kenaikan kelas pun dimulai. Alhamdulillah saya berhasil mendapatkan jurusan IPA. Liburan juga berarti waktu keberangkatan ke Eropa semakin dekat. Akhirnya, tanggal 1 Juli 2010 saya dan teman- teman misi budaya bertolak ke Eropa.
Festival yang kami digelar oleh sebuah organisasi kesenian lokal yang bernama Empi et Riaume. Lokasi festival ada di kota Romans-sur-Isere, namun kami juga pergi ke kota- kota di sekitarnya untuk tampil. Lama festivalnya kira- kira 10 hari dari opening sampai closing. Festival membuat saya bangga menjadi orang Indonesia, karena ternyata budaya Indonesia sangat dihargai disana. Selain mempromosikan budaya sendiri, saya juga melihat tarian- tarian tradisional negara lain seperti Nigeria, Peru, Mongolia dan beberapa negara lain. Festival sangat melelahkan tetapi disisi lain sangat menyenangkan. Kalau ada kesempatan, saya ingin ikut lagi dalam festival seperti ini.
Sebelum pulang ke Indonesia, setelah festival kami mengadakan trip ke beberapa negara di Eropa Barat. Saya merasakan “sauna” di Itali, naik ke gunung es di Swiss, berkunjung ke Musee de Louvre yang sangat luas dan ramai, dimana lukisan Mona Lisa dipajang. Dan yang menurut saya paling spektakuler adalah pertunjukan kembang api di Paris pada tanggal 14 Juli dalam perayaan Bastille Day. Setelah sekitar 3 minggu berada di dataran Eropa, akhirnya kami kembali ke Indonesia dan melanjutkan hidup sebagai siswa SMA Labschool Kebayoran. Kali ini sebagai siswa kelas XI.
Kehidupan di kelas XI IPA menurut saya lebih menyenangkan daripada dikelas X. Tidak ada lagi beban untuk mendapat nilai yang cukup agar bisa diterima di IPA. Meskipun pelajarannya tambah sulit, ulangan dan tugas menumpuk, serta terkadang jenuh karena 3 dari 4 mata khas jurusan menggunakan hitungan, tapi kelas XI adalah masa- masa yang paling saya sukai. Saya masuk ke kelas XI IPA 3 yang beranggotakan 33 murid dan dibimbing oleh wali kelas kami yang tercinta, Pak Edy Rufianto, mantan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang sudah mengajar mata pelajara olahraga sejak Labschool Kebayoran berdiri.
Karena tim misi budaya kembali ke Indonesia sekitar dua minggu setelah tahun ajaran baru dimulai, maka saya dan teman- teman IPA lainnya mendapatkan jam tambahan untuk mengejar ketertinggalan kami di materi- materi IPA. Sebuah awal yang cukup sibuk, tetapi Alhamdulillah dapat dilewati dengan baik oleh saya dan teman- teman.
Kegiatan paling berkesan yang ada di kelas XI adalah Study Lapangan ke Jogja bersama seluruh Nawastra. Kami berangkat menggunakan pesawat Garuda Indonesia dari Bandara Soekarno Hatta. Di Jogja, kami mengunjungi Keraton, Akademi Angkatan Udara, Candi Prambanan, PT. Air Mancur, PT. Sritex, Sendratari Ramayana, UGM, SMA Muhammadiyah 1, serta mendapatkan waktu bebas untuk berjalan- jalan di Malioboro. Di UGM, saya mengunjungi fakultas kedokteran. Disana kami diberian presentasi mengenai FKUGM dan mengunjungi departemen anatomi. Di Sendratari Ramayana, saya, Cahyo, Rifi mengiringi Aruna Chandrika (ekskul tari tradisional labsky) mengadakan pertunjukan kecil sebelum acara utama dimulai. Kami membawakan tarian zapin dan saman.
Selain Study Tour Jogja, kegiatan lain yang saya ikuti di kelas 11 adalah LAMPION (kali ini sebagai rohis yang akan melantik calon anggota rohis). Kemudian ada HOTT atau Hunting On The Trip, yaitu kegiatan hunting fotografi ke daerah Tasikmalaya selama dua hari satu malam. Lalu JIG atau Jakarta In Global yang tahun ini mengambil tema Alternative Energy. JIG adalah sebuah kompetisi bahasa inggris yang terdiri dari lomba- lomba seperti debate, speech, movie competition, dan lain- lain.
Untuk urusan akademik, sebenarnya di kelas 11 ini saya sudah mulai memikirkan tentang UN, US, SNMPTN, dan lain- lain. Namun pikiran- pikiran itu sering saya “matikan” dengan anggapan bahwa kelas 11 adalah masa untuk bersenang- senang, sebelum kelas 12 yang pasti akan sibuk. Namun waktu ternyata terus berjalan. Sekarang saya adalah siswa kelas 12. Tahun ajaran ini akan melaksanakan berbagai ujian dan lulus SMA (amin) dan melanjutkan ke kehidupan perkuliahan.
Harapan saya, semoga di akhir tahun ajaran ini, saya dan teman- teman Nawastra dapat lulus dari SMA Labsky dengan nilai memuaskan dan diterima di universitas yang diinginkan. Amiin.









XC 2009/2010
                                                                    
XI IPA 3 2010/2011
Tim Misi Budaya Eropa Nawastra

Study Tour Jogja Nawastra

X Akselerasi 2009/2010




No comments:

Post a Comment