Tuesday, 11 October 2011

Tugas 2 : Dari Labsky untuk Indonesia; Materi Sosiologi Semester 6

Bab IV Metode Penelitian Sosial Sederhana

A.    Metode Penelitian
1.   Pengertian Penelitian
Secara harfiah, kata “penelitian” berasal dari kata research dalam bahasa Inggris yang artinya mencari kembali. Secara teoretis, terdapat beberapa pengertian tentang konsep penelitian sebagai berikut.
a.    Donald Ary (1982) - kegiatan penelitian adalah implementasi pendekatan   ilmiah dalam mengkaji suatu masalah untuk menemukan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.
b.    Parson (1946) - Penelitian merupakan penelusuran atau inquiry atas sesuatu yang dilakukan secara sistematis dalam rangka memecahkan masalah-masalah.
c.     Victoria (1983) - Penelitian merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang kritis dan penuh kehati-hatian dalam menemukan fakta-fakta atau prinsip-prinsip.
d.    Woody (1972) - Penelitian adalah suatu metode dalam rangka mendapatkan sebuah pemikiran kritis.
e.    Sutrisno Hadi (1987) - Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengisi kekurangan, mengembangkan, dan menggali hal-hal yang telah ada, serta mengujinya kembali.
Berdasarkan konsep-konsep tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang menggunakan metode ilmiah, dilaksanakan secara logis-rasional untuk menemukan fakta-fakta melalui suatu proses analisis dan pengujian.
Dengan demikian, penelitian sosial merupakan kegiatan riset terhadap gejala-gejala sosial yang menyangkut manusia dan masyarakat, untuk mengungkap fakta-fakta sosial dan kemudian memverifikasinya secara historis- normatif.

2.    Jenis Penelitian Sosial
1.    Penelitian Kualitatif - Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih mengutamakan pada masalah proses dan makna/persepsi.
Memahami dan mengenal karakteristik penelitian kualitatif akan mempermudah peneliti untuk mengambil arah dan jalur yang benar, baik dalam memilih topik penelitian, menyusun proposal, melakukan pengumpulan data, melakukan analisis, maupun mengembangkan laporan studinya. Beberapa karakteristik tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut.
a.    Permasalahan Masa Kini
b.    Memusatkan pada Deskripsi
c.     Peneliti sebagai Alat Utama Riset (Human Instrument)
d.    Purposive Sampling
e.    Pemanfaatan Tacit Knowledge
f.      Lebih Mementingkan Proses daripada Produk
g.    Makna sebagai Perhatian Utama Riset

2.    Penelitian Kuantitatif - Dalam arti sempit, istilah penelitian kuantitatif menunjuk suatu upaya pencatatan data hasil penelitian dalam jumlah tertentu (quantum = jumlah) yang biasanya dinyatakan dalam bentuk angka- angka atau statistik. Dalam arti luas, penelitian kuantitatif menunjuk teknik metodologi penelitian ilmiah yang berdasarkan pola kerja statistik dengan mengumpulkan, menyusun, meringkas, dan menyajikan data- data dalam bentuk angka-angka atau statistik, dan selanjutnya menarik kesimpulan-kesimpulan dan mengambil keputusan-keputusan yang logik dari pengolahan data-datanya.

B.    Menyusun Proposal Penelitian Secara Sederhana
1.     Sistematika Proposal Penelitian
a.    Pendahuluan
1)    Judul penelitian
2)    Latar Belakang
3)    Identifikasi Masalah
4)    Pembatasan Masalah
5)    Perumusan Masalah
6)    Tujuan Penelitian
7)    Manfaat Penelitian
b.    Kajian Teori dan Kerangka Pikir
1)    Kajian Teori
2)    Penelitian yang Relevan
3)    Kerangka Pikir
c.     Metodologi Penelitian
1)    Lokasi Penelitian
2)    Waktu Penelitian
3)    Bentuk Penelitian
4)    Sumber Data
5)    Teknik Pengumpulan Data
6)    Teknik Cuplikan/Sampling
7)    Validitas Data
8)    Teknik Analisis
d.    Kepustakaan

C.  Melaksanakan Penelitian Sosial Secara Sederhana di Masyarakat
Setelah melaksanakan penyusunan proposal penelitian hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah melaksanakan penelitian di lapangan. Adapun cara melaksanakan penelitian secara sederhana sebagai berikut:
1.     Pengumpulan Data Penelitian
Dalam rancangan penelitian harus sudah dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan rencana pengumpulan data, yaitu:
a.    Jenis data yang akan dikumpulkan seperti apa.
b.    Tempat data-data penelitian tersebut bisa dikumpulkan.
c.     Cara atau metode pengumpulan data menggunakan cara /metode apa: wawancara, pengamatan, atau angket.
2.     Metode Pengumpulan Data
a.         Berdasarkan Sifatnya
1)    Data Kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata-kata.
2)    Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa angka.
b.         Berdasarkan Cara Memperolehnya
1)    Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari tangan pertama atau informan yang pertama kali.
2)    Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui informan-informan lain, bukan informan yang pertama kali.
3.     Teknik Pengumpulan Data
  a. Wawancara - cara mengumpulkan data melalui komunikasi langsung antara peneliti dengan sampelnya.
Menurut sifatnya, maka wawancara dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
                            1) Wawancara Terpimpin  - dimana peneliti sudah
mempunyai pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya dan pertanyaan memiliki arah yang jelas.
2) Wawancara Tidak Terpimpin - kegiatan wawancara dimana peneliti/pewawancara tidak mempunyai pedoman wawancara yang jelas.
3) Wawancara Bebas Terpimpin - dimana pewawancara disamping mempunyai pedoman wawancara yang telah dipersiapkan, juga mempunyai peluang untuk mengembangkan pertanyaan tersebut sehingga dapat diperoleh data yang lebih mendalam.
4) Wawancara Mendalam (In-Depth Interviewing) - bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada kedalaman informasi.

b.   Kuesioner atau Angket
Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada subjek penelitian. Perbedaan antara kuesioner atau angket terletak pada teknik pemberiannya. Jika daftar pertanyaan itu diberikan kepada responden untuk diberi respon seperlunya, maka hal itu disebut kuesioner, sebaliknya jika peneliti menunggu proses pengisiannya, maka hal itu disebut angket.

c.   Teknik Observasi atau Pengamatan Langsung di Lapangan
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Mengamati tidak hanya melihat, melainkan merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian yang ada di lapangan.
Teknik ini ada dua macam, yaitu observasi langsung (observasi partisipasi) yaitu apabila pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala- gejala pada objek yang dilakukan secara langsung di tempat kejadian, dan observasi tidak langsung (observasi non-partisipasi) yaitu pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala pada objek tidak secara langsung di lapangan.

d.  Tes
Tes adalah daftar pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur kecerdasan/pengetahuan, keterampilan, kemampuan, intelegensi, bakat, atau minat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Jika dilihat dari sasaran yang akan diobservasi, maka tes dapat dibedakan:
1) Tes Prestasi (Achievement Test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
2) Tes Kepribadian (Personality Test), yaitu tes yang digunakan untuk mengungkapkan kepribadian seseorang.
3) Tes Bakat (Aptitude Test), yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui bakat atau potensi seseorang.
4) Tes Sikap (Attitude Test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur berbagai sikap seseorang.
5) Tes Minat (Measure of Interest), yaitu tes yang digunakan untuk menggali minat seseorang terhadap suatu hal.
6) Tes Intelegensi (Intelegence Test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.

e.   Analisis Isi (Content Analysis)
Teknik ini sering disebut sebagai analisis isi (content analysis) yang cenderung mencatat apa yang tersirat dan yang tersurat.


Bab V Mengkomunikasikan Hasil Penelitian Sosial

A.  Mengkomunikasikan Hasil Penelitian Sosial
       Para ilmuwan sosial melakukan penelitian tidak hanya ditujukan untuk mencari suatu pengetahuan sosial yang baru atau penyebab dari masalah-masalah sosial tetapi juga dapat memberikan suatu sumbangan dalam menyelesaikan masalah- masalah sosial. Dalam melaksanakan penelitian para ilmuwan sosial melaksankan dengan hati-hati dan ekstra teliti. Mereka menggali data sesuai dengan apa yang tejadi dilapangan. Karena hasil penelitian yang dilaksanakan akan juga dikomunikasikan kepada masyarakat.
       Hasil penelitian dapat dikomunikasikan dalam berbagai acara yaitu diantaranya seminar, uji skripsi,tesis, dan disertasi dalam mendapatkan gelar pendidikan. Ada pula melalui bentuk artikel yang dimuat dalam media massa. Bentuk yang paling efektif adalah seminar karena memungkinkan adanya masukan penelitian dari para ilmuwan yang lainnya sehingga hasil penelitian dapat maksimal. Dalam mengkomunikasikan penelitian yang harus dijelaskan secara mendalam adalah latar belakang dan teori yang melandasinya secara rasional dari metodologinya.
       Sebagai peneliti yang dalam pekerjaan sehari-harinya banyak berhubungan dengan masyarakat umum dan juga pihak-pihak lainnya dalam rangka pengabdian masyarakat maka hal-hal yang bersifat teoritis-konsepsional sebisa mungkin untuk dikemukakan secara mendalam. Dalam mengkomunikasikan penelitian harus memperhatikan beberapa hal yaitu seperti yang dijelaskan oleh Soerjono Soekanto.
1.     Khalayak yang dihadapi
         Seorang peneliti akan menghadapi khalayak tertentu yang terdiri dari beberapa orang yang kadang-kadang tidak dapat ditemukan batas-batasnya dalam mengkomunikasikan hasil penelitiaanya. Orang-orang yang ditemuinnya mempunyai bermacam-macam kharakter dan juga kemampuan ilmu pengetahuan.
         Menghadapi khalayak yang beraneka ragam latar belakang seorang pembicara harus mampu membuat tolok ukur yang seragam terlebih dahulu. Tolok ukur ini yang dipakai harus mencakup dari pembahasan masalah yang diteliti. Diusahakan adanya pembatasan masalah yang dikaji sehingga tidak menimbulkan berbagai pertanyaan bagi khalayak yang nantinya akan mengancam konsistensi peneliti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah, meminta data yang akan dihadapi dihadapi sebelum acar dilakasanakan. Dengan cara demikian peneliti dapat menegtahui kharakteristik dari khalayak.
2.     Usaha agar khalayak menjadi pendengar yang aktif
         Seorang peneliti dalam mengkomunikasikan hasil penelitiannya harus mengusahakan agar khalayak menjadi pendengar yang baik. Sehingga tujuan penelitian dapat dipahami dan menimbulkan rangsangan tehadap khalayak. Usaha ini ditujukan agar hasil penelitian benar-benar bermanfaat dan dapat menjadi pemecah dari masalah yang diteliti. Oleh karena itu, penyampainnya harus dapat menggunakan bahasa yang komunikatif dan tidak perlu menggunakan istilah- istilah yang tidak subtantif atau tidak penting.
         Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh pembicara agar khalayak dapat memahami hasil dari penelitian sebagai berikut. Pertama, pembicara harus memberikan pengantar yang menarik dan mungkin mengangkat permasalahan yang kontrovesial sehingga pendengar terangsang untuk menanyakan materi penelitian yang disampaikan. Pengantar yang menarik inilah akan menciptakan suasanana yang menyenangkan dan meimbulkan pertanyaan bagi khalayak ramai. Tetapi kadang pembicara perlu menempatkan dirinya pada posisis yang lebih tinggi. Namun hendaknya hal itu dilakukan sebagai taktik agar dihargai oleh khalayak pendengar juga. Kedua, pembicara harus dapat menciptakan kewibawaan terhadap khalayak dalam penyampaian materi. Dalam usaha kedua ini yang dititik beratkan adalah faktor yang bersifat spiritual yaitu faktor penampilan, gaya berbicara, raut wajah, dan lain sebagainya. Ketiga, yaitu pembicara harus menciptakan landasan pengetahuan yang sama. Usaha ini dilakukan agar pembahasan tidak terlalu melebar dari inti permasalahannya. Dan sebisa mungkin pembicara dapat membatasi masalah dan menggiring khalayak ke pembahasan inti masalah.
3.     Usaha untuk mempengaruhi khalayak
         Tujuan dari mengkomunikasikan hasil penelitian adalah menyampaikan masalah penelitian kemudian mencari solusi bersama khalayak. Maka seorang pembicara harus dapat mempengaruhi khalayak agar aktif dalam seminar. Langkah yang dapat dilakukan dalam mempengaruhi khalayak adalah mengembangkan suasana sehingga terjadi perubahan. Yang dilakukan dalam langkah ini adalah pembicara mengemukakan masalah yang sama-sama dihadapi, misalnya rendahnya taraf hidupnya dengan berikhtiar. Disamping itu pembicara juga dapat menyakinkan kalayak tentang masalah-masalah yang diteliti.
         Kedua, pembicara mulai melakukan interaksi dengan khalayak agar tercipta suasana yang menyenangkan. Keadaan ini harus tetap dipertahankan agar kegiatan penyampaian materi penelitian dapat memuat semua gagasan- gagasan yang dimaksud. Ketiga, pembicara mencoba dan mengajak khalayak untuk megadakan diagnosis terhadap keadaan yang dihadapi. Dalam tahap ini mulai menanggulangi masalah-masalah yang mengagangu dalam pembicaraan. Langkah ke-empat pembicara berusaha untuk menanamkan keinginan dimana pembicara diarahkan pada usaha agar khalayak mempunyai keinginan atau hasrat yang kuat untuk mengubah keadaan, sehingga dapat diduga bahwa pada suatu waktu keinginan tadi akan berubah menjadi tindakan-tindakan yang nyata. Tahap kelima, pembicara sayogyannya berusaha untuk menjelaskan keuntungan dan kerugian sebagai akibat terjadinya perubahan.
         Seorang peneliti harus mempunyai kemampuan agar dapat melakukan pembicara dengan baik dan benar. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan menambah wawasan dan juga pengalaman-pengalaman. Yang terpenting yaitu harus mempunyai mental berani dalam mengkomunikasikan penelitian tersebut. Oleh karena itu, jika kalian rajin berlatih diri berbicara didepan umum maka kalian akan terbiasa dan akan menjadi pembicara yang handal. Dengan kemampuan ini maka ketika kalian dalam melakukan penelitian dapat mengkomunikasikan ke khalayak dengan baik sehingga hasil penelitian kalian sangat berguna.
         Berdasarkan hal-hal tersebut, maka seorang peneliti harus memiliki kemampuan-kemampuan dalam mengkomunikasikan hasil penelitian sebagai berikut.
a.    Menyajikan dengan bahasa yang sederhana tetapi benar, sehingga mudah dimengerti khalayak.
b.    Menyajikan bahan secara sistematis.
c.     Menguasai bahan yang disajikan.
d.    Memberikan contoh-contoh sederhana tetapi penting yang berasal dari kehidupan sehari-hari.
e.    Menyesesuaikan diri dengan khalayak secara serta merta dan cepat.
f.      Tidak menimbulkan ketegangan, walaupun harus menyajikan hal-hal yang kadang-kadang bersifat kontrovesial.
g.    Membentuk opini positif.
h.    Berdiskusi dengan benar.
i.      Membimbing kalayak ke arah kemampuan untuk memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya secara mandiri.
         Dengan menguasai poin-poin diatas maka peneliti benar-benar dapat mewujudkan cita-citanya yang diuraiakan dalam kerangka penelitian kepada masyarakat. Serta seorang peneliti juga tidak lagi gagap dalam mengkomunikasikan hasil penelitian terhadap orang-orang yang lebih cerdas dari peneliti.

No comments:

Post a Comment