A. Metode Penelitian
1. Pengertian Penelitian
Secara harfiah, kata “penelitian” berasal
dari kata research dalam bahasa Inggris yang artinya mencari kembali.
Secara teoretis, terdapat beberapa pengertian tentang konsep penelitian sebagai
berikut.
a. Donald Ary (1982) - kegiatan penelitian adalah implementasi pendekatan ilmiah dalam mengkaji suatu masalah untuk menemukan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya.
b.
Parson (1946) - Penelitian
merupakan penelusuran atau inquiry atas sesuatu yang dilakukan secara
sistematis dalam rangka memecahkan masalah-masalah.
c.
Victoria (1983) - Penelitian
merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang kritis dan penuh kehati-hatian dalam
menemukan fakta-fakta atau prinsip-prinsip.
d.
Woody (1972) - Penelitian adalah
suatu metode dalam rangka mendapatkan sebuah pemikiran kritis.
e.
Sutrisno Hadi (1987) - Penelitian
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengisi kekurangan,
mengembangkan, dan menggali hal-hal yang telah ada, serta mengujinya kembali.
Berdasarkan
konsep-konsep tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian
merupakan kegiatan ilmiah yang menggunakan metode ilmiah, dilaksanakan secara
logis-rasional untuk menemukan fakta-fakta melalui suatu proses analisis dan
pengujian.
Dengan
demikian, penelitian sosial merupakan kegiatan riset terhadap gejala-gejala
sosial yang menyangkut manusia dan masyarakat, untuk mengungkap fakta-fakta
sosial dan kemudian memverifikasinya secara historis- normatif.
2. Jenis Penelitian Sosial
1. Penelitian Kualitatif - Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih
mengutamakan pada masalah proses dan makna/persepsi.
Memahami dan mengenal karakteristik
penelitian kualitatif akan mempermudah peneliti untuk mengambil arah dan jalur yang
benar, baik dalam memilih topik penelitian, menyusun proposal, melakukan
pengumpulan data, melakukan analisis, maupun mengembangkan laporan studinya.
Beberapa karakteristik tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut.
a. Permasalahan Masa Kini
b. Memusatkan pada Deskripsi
c. Peneliti sebagai Alat Utama
Riset (Human Instrument)
d. Purposive Sampling
e. Pemanfaatan Tacit
Knowledge
f.
Lebih Mementingkan Proses daripada Produk
g. Makna sebagai Perhatian
Utama Riset
2. Penelitian Kuantitatif - Dalam arti sempit, istilah penelitian kuantitatif
menunjuk suatu upaya pencatatan data hasil penelitian dalam jumlah tertentu (quantum
= jumlah) yang biasanya dinyatakan dalam bentuk angka- angka atau
statistik. Dalam arti luas, penelitian kuantitatif menunjuk teknik metodologi
penelitian ilmiah yang berdasarkan pola kerja statistik dengan mengumpulkan,
menyusun, meringkas, dan menyajikan data- data dalam bentuk angka-angka atau
statistik, dan selanjutnya menarik kesimpulan-kesimpulan dan mengambil keputusan-keputusan
yang logik dari pengolahan data-datanya.
B. Menyusun Proposal Penelitian Secara Sederhana
1.
Sistematika Proposal Penelitian
a.
Pendahuluan
1)
Judul penelitian
2) Latar Belakang
3) Identifikasi Masalah
4) Pembatasan Masalah
5) Perumusan Masalah
6) Tujuan Penelitian
7) Manfaat Penelitian
b.
Kajian Teori dan Kerangka Pikir
1)
Kajian Teori
2) Penelitian yang Relevan
3) Kerangka Pikir
c.
Metodologi Penelitian
1)
Lokasi Penelitian
2) Waktu Penelitian
3) Bentuk Penelitian
4) Sumber Data
5) Teknik Pengumpulan Data
6) Teknik Cuplikan/Sampling
7) Validitas Data
8) Teknik Analisis
d.
Kepustakaan
C. Melaksanakan
Penelitian Sosial Secara Sederhana di Masyarakat
Setelah
melaksanakan penyusunan proposal penelitian hal selanjutnya yang harus
dilakukan adalah melaksanakan penelitian di lapangan. Adapun cara melaksanakan
penelitian secara sederhana sebagai berikut:
1.
Pengumpulan Data Penelitian
Dalam
rancangan penelitian harus sudah dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan
rencana pengumpulan data, yaitu:
a. Jenis data yang akan dikumpulkan seperti apa.
b.
Tempat data-data
penelitian tersebut bisa dikumpulkan.
c.
Cara atau metode
pengumpulan data menggunakan cara /metode apa: wawancara, pengamatan, atau
angket.
2.
Metode Pengumpulan Data
a.
Berdasarkan Sifatnya
1) Data Kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata-kata.
2)
Data
Kuantitatif, yaitu data yang berupa
angka.
b.
Berdasarkan Cara Memperolehnya
1) Data Primer,
yaitu data yang diperoleh dari tangan pertama atau informan yang pertama kali.
2)
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui informan-informan
lain, bukan informan yang pertama kali.
3.
Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara - cara mengumpulkan data melalui komunikasi langsung
antara peneliti dengan sampelnya.
Menurut
sifatnya, maka wawancara dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Wawancara
Terpimpin - dimana peneliti sudah
mempunyai
pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya dan pertanyaan memiliki arah
yang jelas.
2)
Wawancara Tidak Terpimpin - kegiatan wawancara dimana
peneliti/pewawancara tidak mempunyai pedoman wawancara yang jelas.
3)
Wawancara Bebas Terpimpin - dimana pewawancara disamping mempunyai
pedoman wawancara yang telah dipersiapkan, juga mempunyai peluang untuk
mengembangkan pertanyaan tersebut sehingga dapat diperoleh data yang lebih
mendalam.
4)
Wawancara Mendalam (In-Depth Interviewing) - bersifat lentur dan
terbuka, tidak terstruktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin
terfokus dan mengarah pada kedalaman informasi.
b. Kuesioner atau Angket
Kuesioner
atau angket adalah daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada
subjek penelitian. Perbedaan antara kuesioner atau angket terletak pada teknik
pemberiannya. Jika daftar pertanyaan itu diberikan kepada responden untuk
diberi respon seperlunya, maka hal itu disebut kuesioner, sebaliknya jika
peneliti menunggu proses pengisiannya, maka hal itu disebut angket.
c. Teknik Observasi atau Pengamatan Langsung di Lapangan
Teknik
ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Mengamati
tidak hanya melihat, melainkan merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat
kejadian yang ada di lapangan.
Teknik
ini ada dua macam, yaitu observasi langsung (observasi partisipasi) yaitu
apabila pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala- gejala pada
objek yang dilakukan secara langsung di tempat kejadian, dan observasi tidak
langsung (observasi non-partisipasi) yaitu pengumpulan data melalui pengamatan
dan pencatatan gejala-gejala pada objek tidak secara langsung di lapangan.
d. Tes
Tes
adalah daftar pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
kecerdasan/pengetahuan, keterampilan, kemampuan, intelegensi, bakat, atau minat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Jika
dilihat dari sasaran yang akan diobservasi, maka tes dapat dibedakan:
1)
Tes Prestasi (Achievement Test), yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
2)
Tes Kepribadian (Personality Test), yaitu tes yang digunakan
untuk mengungkapkan kepribadian seseorang.
3)
Tes Bakat (Aptitude Test), yaitu tes yang digunakan untuk
mengetahui bakat atau potensi seseorang.
4)
Tes Sikap (Attitude Test), yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur berbagai sikap seseorang.
5)
Tes Minat (Measure of Interest), yaitu tes yang digunakan untuk
menggali minat seseorang terhadap suatu hal.
6)
Tes Intelegensi (Intelegence Test), yaitu tes yang digunakan
untuk mengukur tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai
tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
e. Analisis Isi (Content
Analysis)
Teknik
ini sering disebut sebagai analisis isi (content analysis) yang
cenderung mencatat apa yang tersirat dan yang tersurat.
Bab
V Mengkomunikasikan Hasil Penelitian Sosial
A. Mengkomunikasikan
Hasil Penelitian Sosial
Para ilmuwan sosial melakukan penelitian
tidak hanya ditujukan untuk mencari suatu pengetahuan sosial yang baru atau
penyebab dari masalah-masalah sosial tetapi juga dapat memberikan suatu
sumbangan dalam menyelesaikan masalah- masalah sosial. Dalam melaksanakan
penelitian para ilmuwan sosial melaksankan dengan hati-hati dan ekstra teliti.
Mereka menggali data sesuai dengan apa yang tejadi dilapangan. Karena hasil
penelitian yang dilaksanakan akan juga dikomunikasikan kepada masyarakat.
Hasil penelitian dapat dikomunikasikan
dalam berbagai acara yaitu diantaranya seminar, uji skripsi,tesis, dan
disertasi dalam mendapatkan gelar pendidikan. Ada pula melalui bentuk artikel
yang dimuat dalam media massa. Bentuk yang paling efektif adalah seminar karena
memungkinkan adanya masukan penelitian dari para ilmuwan yang lainnya sehingga
hasil penelitian dapat maksimal. Dalam mengkomunikasikan penelitian yang harus
dijelaskan secara mendalam adalah latar belakang dan teori yang melandasinya
secara rasional dari metodologinya.
Sebagai peneliti yang dalam pekerjaan
sehari-harinya banyak berhubungan dengan masyarakat umum dan juga pihak-pihak
lainnya dalam rangka pengabdian masyarakat maka hal-hal yang bersifat
teoritis-konsepsional sebisa mungkin untuk dikemukakan secara mendalam. Dalam
mengkomunikasikan penelitian harus memperhatikan beberapa hal yaitu seperti
yang dijelaskan oleh Soerjono Soekanto.
1.
Khalayak yang dihadapi
Seorang peneliti akan menghadapi
khalayak tertentu yang terdiri dari beberapa orang yang kadang-kadang tidak
dapat ditemukan batas-batasnya dalam mengkomunikasikan hasil penelitiaanya.
Orang-orang yang ditemuinnya mempunyai bermacam-macam kharakter dan juga
kemampuan ilmu pengetahuan.
Menghadapi khalayak yang beraneka ragam
latar belakang seorang pembicara harus mampu membuat tolok ukur yang seragam
terlebih dahulu. Tolok ukur ini yang dipakai harus mencakup dari pembahasan
masalah yang diteliti. Diusahakan adanya pembatasan masalah yang dikaji
sehingga tidak menimbulkan berbagai pertanyaan bagi khalayak yang nantinya akan
mengancam konsistensi peneliti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah,
meminta data yang akan dihadapi dihadapi sebelum acar dilakasanakan. Dengan
cara demikian peneliti dapat menegtahui kharakteristik dari khalayak.
2.
Usaha agar khalayak menjadi pendengar yang aktif
Seorang peneliti dalam
mengkomunikasikan hasil penelitiannya harus mengusahakan agar khalayak menjadi
pendengar yang baik. Sehingga tujuan penelitian dapat dipahami dan menimbulkan
rangsangan tehadap khalayak. Usaha ini ditujukan agar hasil penelitian
benar-benar bermanfaat dan dapat menjadi pemecah dari masalah yang diteliti.
Oleh karena itu, penyampainnya harus dapat menggunakan bahasa yang komunikatif
dan tidak perlu menggunakan istilah- istilah yang tidak subtantif atau tidak
penting.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh
pembicara agar khalayak dapat memahami hasil dari penelitian sebagai berikut. Pertama,
pembicara harus memberikan pengantar yang menarik dan mungkin mengangkat
permasalahan yang kontrovesial sehingga pendengar terangsang untuk menanyakan
materi penelitian yang disampaikan. Pengantar yang menarik inilah akan
menciptakan suasanana yang menyenangkan dan meimbulkan pertanyaan bagi khalayak
ramai. Tetapi kadang pembicara perlu menempatkan dirinya pada posisis yang
lebih tinggi. Namun hendaknya hal itu dilakukan sebagai taktik agar dihargai
oleh khalayak pendengar juga. Kedua, pembicara harus dapat menciptakan
kewibawaan terhadap khalayak dalam penyampaian materi. Dalam usaha kedua ini
yang dititik beratkan adalah faktor yang bersifat spiritual yaitu faktor
penampilan, gaya berbicara, raut wajah, dan lain sebagainya. Ketiga, yaitu
pembicara harus menciptakan landasan pengetahuan yang sama. Usaha ini dilakukan
agar pembahasan tidak terlalu melebar dari inti permasalahannya. Dan sebisa
mungkin pembicara dapat membatasi masalah dan menggiring khalayak ke pembahasan
inti masalah.
3.
Usaha untuk mempengaruhi khalayak
Tujuan dari
mengkomunikasikan hasil penelitian adalah menyampaikan masalah penelitian
kemudian mencari solusi bersama khalayak. Maka seorang pembicara harus dapat
mempengaruhi khalayak agar aktif dalam seminar. Langkah yang dapat dilakukan
dalam mempengaruhi khalayak adalah mengembangkan suasana sehingga terjadi
perubahan. Yang dilakukan dalam langkah ini adalah pembicara mengemukakan
masalah yang sama-sama dihadapi, misalnya rendahnya taraf hidupnya dengan
berikhtiar. Disamping itu pembicara juga dapat menyakinkan kalayak tentang
masalah-masalah yang diteliti.
Kedua, pembicara mulai melakukan interaksi
dengan khalayak agar tercipta suasana yang menyenangkan. Keadaan ini harus tetap
dipertahankan agar kegiatan penyampaian materi penelitian dapat memuat semua
gagasan- gagasan yang dimaksud. Ketiga, pembicara mencoba dan mengajak
khalayak untuk megadakan diagnosis terhadap keadaan yang dihadapi. Dalam tahap
ini mulai menanggulangi masalah-masalah yang mengagangu dalam pembicaraan.
Langkah ke-empat pembicara berusaha untuk menanamkan keinginan dimana pembicara
diarahkan pada usaha agar khalayak mempunyai keinginan atau hasrat yang kuat
untuk mengubah keadaan, sehingga dapat diduga bahwa pada suatu waktu keinginan
tadi akan berubah menjadi tindakan-tindakan yang nyata. Tahap kelima,
pembicara sayogyannya berusaha untuk menjelaskan keuntungan dan kerugian
sebagai akibat terjadinya perubahan.
Seorang peneliti
harus mempunyai kemampuan agar dapat melakukan pembicara dengan baik dan benar.
Kemampuan ini dapat diperoleh dengan menambah wawasan dan juga
pengalaman-pengalaman. Yang terpenting yaitu harus mempunyai mental berani
dalam mengkomunikasikan penelitian tersebut. Oleh karena itu, jika kalian rajin
berlatih diri berbicara didepan umum maka kalian akan terbiasa dan akan menjadi
pembicara yang handal. Dengan kemampuan ini maka ketika kalian dalam melakukan
penelitian dapat mengkomunikasikan ke khalayak dengan baik sehingga hasil
penelitian kalian sangat berguna.
Berdasarkan
hal-hal tersebut, maka seorang peneliti harus memiliki kemampuan-kemampuan
dalam mengkomunikasikan hasil penelitian sebagai berikut.
a.
Menyajikan
dengan bahasa yang sederhana tetapi benar, sehingga mudah dimengerti khalayak.
b. Menyajikan bahan secara sistematis.
c. Menguasai bahan yang disajikan.
d. Memberikan contoh-contoh sederhana
tetapi penting yang berasal dari kehidupan sehari-hari.
e. Menyesesuaikan diri dengan khalayak
secara serta merta dan cepat.
f.
Tidak
menimbulkan ketegangan, walaupun harus menyajikan hal-hal yang kadang-kadang
bersifat kontrovesial.
g. Membentuk opini positif.
h. Berdiskusi dengan benar.
i.
Membimbing
kalayak ke arah kemampuan untuk memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya
secara mandiri.
Dengan menguasai
poin-poin diatas maka peneliti benar-benar dapat mewujudkan cita-citanya yang
diuraiakan dalam kerangka penelitian kepada masyarakat. Serta seorang peneliti
juga tidak lagi gagap dalam mengkomunikasikan hasil penelitian terhadap
orang-orang yang lebih cerdas dari peneliti.
No comments:
Post a Comment